Manado – Bank Indonesia (BI) minta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) mendorong pertumbuhan ekspor lebih tinggi ketimbang impor dalam upaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi daerah itu tetap tinggi. “Ekspor harus diupayakan tumbuh lebih tinggi ketimbang impor dengan demikian angka sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi dominan,” kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulut, Suhaedi, Sabtu (25/8).
Suhaedi mengatakan, pada triwulan kedua tahun ini, tren impor menunjukkan peningkatan yang cukup tajam, karena itu satu-satunya jalan yang perlu ditempuh yakni mendorong ekspor lebih optimal. Laju pertumbuhan impor yang lebih tinggi memberi angka pengurangan terhadap ekspor, akibatnya sumbangsih ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi terkontraksi.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Disperindag Sulut, Hanny Wajong mengatakan, guna mendorong ekspor tumbuh lebih tinggi tahun ini, maka pemerintah minta pengekspor memanfaatkan potensi pasar nontradisional. “Pemerintah memfasilitasi peneterasi pasar ke negara nontradisional tersebut dengan menginformasikan potensi pasar di sejumlah negara baik kerja sama dengan Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan Kemendag RI,” kata Hanny.
Hanny mengatakan, potensi pasar negara nontradisional dipacu, karena komoditas ekspor daerah ini adalah produk pangan yang pasti tetap dibutuhkan pasar di berbagai negara. “Negara yang selama ini telah menjadi pembeli komoditas Sulut tetap diperhatikan terutama kemungkinan peningkatannya, namun melihat kondisi ekonomi dunia saat ini, maka ekspansi pasar ke negara nontradisional harus menjadi alternatif guna dorong pertumbuhan ekspor tetap tinggi,” tutur Hanny.(dos)