Catatan: Teddy Tandaju, SE., MBA (Adv.), Certified Business Coach & Dosen Prodi Manajemen Unika De La Salle Manado
“STUDY well, be good, always champion”. Rangkaian kalimat ini diulang-ulang sebanyak empat kali, dan diakhiri dengan kata ‘champion…pion… pion… pion…’ telah menjadi seperti lagu ‘kebangsaan’ kami.
Syair lagu singkat ini selalu kami nyanyikan bersama saat mengantar anak-anak ke sekolah tiap pagi hari.
Kedengarannya sangat sederhana untaian syair yang terdiri dari 6 kata saja.
Lagu ini sering kami lantunkan saat perjalanan telah mendekati kompleks sekolah atau sebagai lagu terakhir dari rangkaian lagu yang sering kami nyanyikan bersama; kesemuanya lagu pujian rohani.
Meskipun suara kami tidaklah merdu, tapi lagu-lagu ini menjadikan hari-hari kami semakin cerah, akrab, dan terasa adanya semangat belajar dan kerja pada pagi hari.
Lirik lagu dari judul tulisan ini sengaja diciptakan untuk maksud khusus.
Hanya tiga kalimat dalam Bahasa Inggris, dan setiap kalimat memiliki maksud tersendiri.
Study Well
Apa yang paling disenangi orang tua tak lain adalah keberhasilan anak-nya dalam menimba ilmu.
Makanya, ‘Study Well’ saya ungkapkan terlebih dulu agar anak-anak semakin fokus dalam proses pembinaan diri; menimba ilmu dan meningkatkan pengetahuan.
Saya ingin mereka benar-benar mengisi waktu belajar dengan keseriusan dan tidak menyia-nyiakan waktu.
Ada saatnya mereka santai dan bermain-main dengan teman-teman ataupun dengan gadget teknologi.
Tapi, yang paling pokok, saat di sekolah mereka harus mengikuti seluruh proses pembinaan dan program-program peningkatan psikis dan fisik yang ditetapkan. Fokus!.
Itu saja yang saya inginkan.
Be Good
Saya percaya bahwa peningkatan ilmu secara kognitif harus juga dibarengi dengan pembawaan dan sikap diri yang baik pula.
Tidak banyak yang saya inginkan dari dua kata ‘be good’.
Kita sudah pasti menginginkan anak-anak dapat bertingkah laku sopan, santun, memiliki toleransi dan menghormati budaya kita.
Itu yang saya inginkan anak-anak teladani.
Tetap memegang prinsip sopan santun dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat dan kerohanian mereka.
Always Champion
Semua ingin anak-anaknya menjadi ‘juara’. Saya pun demikian, inginnya anak selalu masuk tiga besar di kelas.
Namun, pikiran ini akhirnya saya lupakan karena saya percaya bahwa setiap anak diberikan talenta dan bakat yang berbeda.
Sehingga, juara kelas bukan berarti juara seluruhnya.
Saya dulu juara dua ujian akhir Sekolah Menengah Atas, namun kenapa tidak lulus ‘Saringan Masuk Perguruan Tinggi Negeri’ yang pada zaman saya disingkat UMPTN?
Juara kelas bukan otomotis juara seluruhnya.
Banyak juara-juara kelas, namun kemampuan sosialisasi dan komunikasi mereka sangat kurang.
Sehingga yang saya maksudkan dengan ‘Always Champion’ adalah menjadikan orang tua senantiasa bahagia.
Yang saya harapkan mereka menjadi ‘juara hatiku’ melalui tindakan keseharian mereka, menjadikan hatiku selalu juara.
Saat mereka bahagia, ada gelak tawa, berbagi candaan, bahkan saat mereka tersipu-sipu jika diledeki telah menjadikan mereka juara di dalam hatiku.
Selama mereka hidup dan bernaung dalam lindungan Tuhan, mereka sudah menjadi juara kehidupan.
Tidak perlu harus juara di kelas maupun kejuaraan lainnya.
The true champion is the one who dwells in God’s shelter.
Tak ada kebahagian lain dari orang tua selain melihat anak-anaknya hidup bahagia, damai, dan senantiasa bersyukur atas berkat Tuhan.
Kita tidak perlu menanamkan pemahaman agar anak kita harus kaya di masa depan.
Ajarilah mereka untuk bahagia dalam kehidupan mereka nantinya.
Belajar dengan baik, bertindak dengan baik, dan selalu menjadi juara hatiku, itu pasti harapan tiap orang tua.
(***)