SIAU — Mutasi guru-guru yang digelar beberapa waktu lalu oleh Bupati Sitaro Toni Supit SE MM dinilai masih setengah hati. Pasalnya, masih cukup banyak sekolah yang kekurangan guru. Entah yang dimutasi apa saja. “Masakan disekolah kami saja, guru hanya 2 orang. Lalu mutasi waktu lalu dikemanakan. Jujur saja, ada guru yang kesulitan dalam mengajar, 6 kelas lalu hanya 2 guru,” tukas orang tua murid di Kampung Tapile, Siau.
Kalau hanya segitu guru yang mengajar apa yang diharapkan dari kualitas pendidikan anak-anak didik. “Kami yakin tidak akan maksimal. Seorang guru tak mampu mengajar kelas lebih dari 2,” tambah mereka.
Aktivis mahasiswa Unima asal Siau, Joli Horonis mendesak kepada pemda agar melakukan pemerataan dalam proses mutasi. “Bagi saya mutasi guru-guru dengan alasan pemerataan tenaga pendidik hanya dali belaka. Di Sitaro masih cukup banyak sekolah yang kurang guru. Kenapa pada pelaksanaan mutasi
sekolah yang kurang guru tidak ditempatkan guru,” katanya.
Bahkan dia melihat mutasi terlihat hanya menakuti guru-guru agar tunduk pada pimpinan daerah. “Sehingga tujuan otonomi daerah tidak tampak. Terbukti kaum kecil kian tertindas, dan melahirkan ‘raja-raja’ kecil yang terus berkuasa atas nama rakyat,” papar putra Kampung Deahe ini.
Begitu juga soal rolling pejabat, semakin menujukkan kurangnya ide-ide dan program pembangunan yang langsung menyentuh masyarakat. “Bagaimana tidak banyak kepala dinas yang belum selesai melakukan tugas dan programnya, tiba-tiba diganti dengan pejabat yang lain,” timpal pria vokal ini.(nadine)