MANADO – Internasional berupa pelaksanaan The 19th Biennial General Conference of Association of Asian Social Science Research Councils (AASS-REC) di Manado, yang akan dibuka Minggu (16/10) hari ini hingga Rabu (19/10) mendatang, oleh Pemprov Sulut sebagai pihak penyelenggara lokal memastikan sudah siap 100 persen.
“Kesiapan Sulut dalam helatan acara berskala internasional tersebut sudah hampir 100 persen, tinggal finalisasi dengan panitia pusat. Kita telah lakukan pengecekan lapangan, dimana persiapannya sudah matang, apakah itu dari soal penjemputan delegasi, persiapan tempat kegiatan, sampai pada masalah akomodasi dan transportasi sudah siap,’’ ujar Sekprov Sulut Ir SR Mokodongan.
Dia menjelaskan, konferensi ini merupakan kolaborasi antara AASSREC, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI), dan Pemprov Sulut. Sampai saat ini tercatat sudah 12 negara yang positif hadir, di antaranya Australia, Jepang, China, Bangladesh, Selandia Baru, Malaysia, Filipina, dan Amerika.
Kepala BKD Sulut Drs Roy Tumiwa MPd mengatakan, konferensi yang mengangkat tema “Envolving Transnationalism: Challenges and Opportunities (A Social Science Perspective)” tersebut akan menghadirkan para ilmuwan sosial dan pembuat kebijakan untuk mencari pemahaman bersama mengenai isu transnasional (lintas negara), dimana para pakar tersebut dapat saling tukar menukar pengetahuan/pengalaman mengenai tantangan dan peluang transnasionalisme dari perspektif ilmu social, terutama di kawasan Asia Pasifik.
Dan bisa saja solusi mengatasi isu transnasional bakal lahir dari Manado. “Yang utama dapat mengembangkan kerjasama di kawasan Asia Pasifik, serta menghasilkan rekomendasi terkait isu-isu transnasio-nalisme,’’ ujar Tumiwa.
Konferensi kali ini, lanjut dia, mengangkat soal transnasionalisme karena hal tersebut merupakan isu strategis pemerintahan. Konsep transnasional mencakup beragam topik potensial seperti perpindahan penduduk, diaspora, pengungsi, dan terorisme.
“Tapi juga menyangkut penawaran kesempatan kerja, migrasi, perdagangan, dan pendidikan,’’ tukasnya, sembari menambahkan bahwa konferensi ini akan semakin mempertegas soal bagaimana para ilmuwan sosial dapat terus memahami isu-isu dan prospek yang ada dengan mendasarkan pada pola transnasionalisme, dimana ilmu sosial tersebut dapat berkontribusi pada evolusi etika dan moral. (is)