Amurang – Kelangkaan bahkan hilangnya pupuk bersubsidi jenis urea di Kabupaten Minahasa Selatan bukan saja membuat petani merana akan tetapi produksi pertanian akan merosot jauh, khususnya jagung. Betapa tidak sejak akhir tahun 2011 lalu hingga kini pemerintah lebih khusus instansi terkait tak kunjung memberikan solusi mengatasi polemik kelangkaan pupun urea ini.
Mirisnya lagi, kedua instansi terkait saling lempar bola panas, tak mau dipersalahkan atas hilangnya pupuk bersubsidi. Anehnya lagi, hanya pupuk bersubsidi urea yang hilang, sedangkan pupuk non subsidinya tersedia di tingkat pengecer, meski harganya melambung dari Rp 80.000 per 50 kilogram kini mencapai Rp 135.000.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) ketia dikonfirmasi, akhir pekan mengatakan dugaanya ada permainan. Sebab pupuk bersubsidi tidak ada, namun non subsidi tersedia ditingkat pengecer. “Ini kan aneh, masakan pupuk urea tersedia di tingkat pengecer, sedangkan urea bersubsidi tidak ada. Jadi perlu dipertanyakan ke tingkat distributor. Nah ini tugasnya dinas perdagangan, sebab menyangkut ketersediaan pupuk. Sedangkan kami teknisnya hanya kebutuhan pupuk-nya saja.” ungkapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi, UKM, Pasar Perindustrian dan Perdagangan Drs Wempie Mononimbar, saat dikonfrontir dengan tegas membantahnya. “Kami hanya bentuk pengawasanya. Sedangkan ketersediaan maupun kebutuhan bahan pukuk seperti urea ini ada di dinas itu (Dinas Pertanian-red),” tampiknya. (and)