
Jakarta, BeritaManado.com – Survei eksperimental yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), terkait ketokohan Ganjar Pranowo, memberi hasil yang menarik terkait perubahan peta kekuatan partai politik Indonesia.
Prof Saiful Mujani melalui program Bedah Politik bersama Saiful Mujani bertajuk “Siapa Capres yang Membantu Menaikkan Golkar?”, memaparkan, elektabilitas Partai Golkar naik bila Ganjar Pranowo ke Golkar.
Di sisi lain, Saiful dalam survey SMRC memberi catatan agar PDI Perjuangan perlu berhati-hati dengan hasil temuan ini, karena jika dicalonkan oleh Partai Golkar, Ganjar Pranowo akan mengubah peta dukungan partai politik.
“Kalau PDI Perjuangan ingin menjaga suaranya, mereka harus hati-hati dengan fakta ini. Jangan sampai Ganjar diambil oleh partai lain,” kata Saiful melalui kanal YouTube SMRC TV, Kamis (17/11/2022).
Lantas, seperti apa hasil survei eksperimental yang dilakukan SMRC untuk menilai efek calon presiden terhadap perolehan suara partai Golkar?
Dalam presentasinya, SMRC menghadirkan tiga tokoh yang dipilih dan diperlakukan sebagai treatment yaitu Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar, Erick Thohir politikus non-partai yang selama ini sudah melakukan sosialisasi serta Ganjar Pranowo, dan Ganjar Pranowo.
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan tidak dimasukkan karena sudah diumumkan sebagai calon dari partai lain.
Pada pertanyaan “Apabila pemilihan legislatif dilakukan sekarang, anda akan memilih partai apa?”, menempatkan PDI Perjuangan pada urutan teratas, disusul Gerindra dan Golkar.
Survei eksperimental ini hanya menggunakan sample 267, sehingga margin of errornya sekitar 6,1 persen.
Umumnya margin of error survei nasional SMRC sekitar 3 persen.
Dalam treatment, pertanyaan kuesioner adalah “Jika Golkar mencalonkan Ganjar sebagai presiden, partai atau calon dari partai mana yang akan dipilih?” Golkar mengalami penguatan dari 11 persen menjadi 17 persen suara.
Kenaikan suara Golkar kurang lebih 6 persen.
Hasil ini memberi kesimpulan bahwa sosok Ganjar Pranowo berperan menaikan suara Partai Golkar, jika dia dicalonkan sebagai Presiden dari Golkar.
Sebaliknya, suara PDI Perjuangan menjadi turun dari 25 persen (variabel kontrol) menjadi 18 persen.
Ini menunjukan bahwa salah satu variabel elektabilitas PDI Perjuangan selalu unggul pada berbagai survey adalah unsur pendukung Ganjar Pranowo.
“Kalau Ganjar dicalonkan oleh Golkar, dia mengajak (sebagian) pemilihnya pergi ke Golkar,” kata Saiful.
Lebih jauh Saiful menyatakan bahwa jika Golkar mencalonkan Ganjar, peta kekuatan politik partai mengalami perubahan, di mana Gerindra, PDIP, dan Golkar menjadi berimbang.
Saiful melihat bahwa Ganjar Pranowo adalah figur yang relatif terbuka.
Jika ada penjelasan yang meyakinkan, dia bisa saja pindah ke partai lain.
Namun demikian, lanjutnya, hal semacam itu tidak terlalu baik dalam konteks pendidikan politik.
“Orang yang sudah berkarir dalam partai politik begitu panjang, seharusnya tetap ada di partai tersebut. Jangan justru sudah ada di puncak, lalu dia keluar. Itu tidak baik untuk penguatan sistem kepartaian yang ada di Tanah Air,” imbuhnya.
PDI Perjuangan memiliki kepentingan agar suara dukungannya besar.
Karena itu, menurut Saiful, menjadi logis dan bijaksana apabila partai ini mempertimbangkan secara lebih serius calon presiden PDIP.
Jika tidak, PDIP bisa kena “getah”nya atau dampak negatifnya. Dalam banyak survei, suara PDIP selalu nomor satu.
Tapi ketika Ganjar tidak ada di PDIP, peta dukungan berubah dan PDIP tidak lagi ada di posisi teratas.
“Faktor Ganjar sangat kuat dan bisa mengubah peta politik nasional,” jelas Guru Besar Ilmu Politik UIN Jakarta tersebut.
Sementara itu, pada format pernyataan yang sama dengan memasukan nama Airlangga Hartarto dan Erick Thohir, tidak menunjukkan perubahan signifikan.
Berbeda dengan Ganjar yang sudah sangat lama di PDIP serta sebagai Gubernur Jawa Tengah yang merupakan kantong PDIP.
Ganjar bahkan dua kali terpilih sebagai gubernur di provinsi tersebut.
Karena itu wajar kalau Ganjar pindah, maka ada pengikutnya yang besar.
Saiful menyimpulkan bahwa yang bisa membantu peningkatan suara Golkar adalah Ganjar Pranowo.
Namun pencalonan Ganjar oleh Golkar bisa mengubah peta kekuatan partai politik Indonesia.
“Karena itu, diskusi antara Golkar dan PDIP di sini menjadi sangat penting,” pungkasnya.
Survei ini dalam format wawancara tatap muka pada 3 – 9 Oktober 2022.
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden.
Response rate sebesar 1027 atau 84%. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).
Metode eksperimental untuk menguji efek pencalonan presiden terhadap elektabilitas partai dilakukan dengan membagi responden secara acak ke dalam empat kelompok (kontrol, treatmen 1, treatment 2 dan treatmen 3), dan setiap responden mendapat satu pertanyaan sesuai kelompoknya.
(***/Finda Muhtar)