Sampah di Sekolah Jadi Produk Kerajinan dan Pupuk Kompos
Kalawat – Adiwiyata merupakan program pengembangan pendidikan lingkungan hidup, sejak 2006 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Sekolah Berbudi dan Berbudaya Lingkungan atau biasa disebut Adiwiyata.
Prestasi membanggakan diraih oleh Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Kalawat, sekolah yang di pimpin Dra Sherly F Dajoh mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional yang diserahkan langsung Menteri Lingkungan Hidup Prof Dr Balthsar Kambuaya MBA dan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Beberapa bulan sebelumnya, sekolah ini juga meraih Penghargaan Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi yang diserahkan langsung oleh Wagub Djouhari Kansil MPd. Tahun lalu, sekolah ini mulai menerapkan program lingkungan sekolah bersih dengan menerapkan Bank Sampah. Selain itu sekolah ini memiliki Green Community yaitu komunitas pecinta lingkungan dari siswa dan guru.
“Bank sampah, menjadi tempat kumpulan sampah-sampah dari siswa, yang bisa diolah menjadi barang yang bermutu, dan hasil itu akan masuk galeri, di jual ke guru, orang tua siswa serta masyarakat,” ujar Kepsek Sherly pada beritamanado.com
Menurut Sherly, hasil olahan sampah dari sampah yang dikumpulkan siswa, akan terdata sesuai nama siswa, dan hasilnya bisa menghasilkan uang untuk siswa itu sendiri. Namun pada intinya, dengan ada bank sampah di sekolahnya, akan berefek tumbuhnya kesadaran akan lingkungan bersih bebas sampah.
“Kalau siswa disini bisa menerapkan di sekolah, tentunya siswa itu akan menularkan ke lingkungan keluarga dan masyarakat, mengenai pentingnya kesadaran lingkungan bebas sampah,” ujar Sherly.
Selain itu, lebih mengembangkan olah sampah, pihak sekolah menambah program lain, yaitu pupuk kompos. Pihak sekolah pun mendapat pelatihan mengenai pengolahan pupuk kompos. “Hasilnya sudah ada, pupuknya kita kasih ke wadah, lalu bisa di jual sesuai ukuran wadah plastik,” kata Sherly.
Dengan ketekunan itulah, tanpa disadari membuahkan hasil terbaik, yaitu sekolah ini berhasil meraih Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi dan tingkat nasional. “Ini bagus sekali, semua siswa guru dan lainnya memiliki peranan hingga bisa meraih Sekolah Adiwiyata,” tandas Sherly
Maximelian Tapada selaku Kadispora Minut mengakui penghargaan itu merupakan pertama bagi Minahasa Utara. Karena di tahun sebelumnya hanya meraih sertifikat Sekolah Adiwiyata saja.
Tapada mengakui, sebelumnya ada 4 sekolah yang diusulkan Kabupaten Minut, masing-masing SMA Negeri 1 Airmadidi, SMK Negeri 1 Airmadidi, SMPN 1 Kalawat dan SMPN 2 Kalawat.
Data Kementrian Lingkungan Hidup RI, Sekolah Adiwiyata yang ikut ada 4.132 sekolah dari 33 provinsi dan sekolah yang mencapai kriteria nasional ada 463 sekolah dari 19 provinsi serta 130 sekolah Adiwiyata Mandiri.
Dari sekolah-sekolah penerima, Menteri Kambuaya mengharap di tahun 2014 dilakukan pengukuran energi di setiap sekolah, penurunan timbulan, sampah serta penurunan penggunaan air, bahkan diharapkannya juga dihitung pengurangan emisi CO2 dari setiap sekolah adiwiyata. (robintanauma)