
Manado – Sekalipun pemilihan walikota Manado akan berlangsung pada bulan Mei tahun 2010 nanti, namun suasana kota Manado terasa semakin ramai dengan iklan para bakal calon walikota.
Memang, 6 bulan sebelum berakhir masa jabatan walikota, yang bersangkutan sudah harus mengajukan surat pengunduran diri. Itulah sebabnya diakhir tahun 2009 nanti, suasana pemilihan akan semakin terasa.
Pada masa pemilihan walikota di tahun 2005 lalu, kapasitas, kapabilitas dan ketokohan sang calon sangat diperhitungkan. Track record, kemampuan manajemen, dan leardership nampaknya merupakan faktor kunci untuk diusung sebagai kandidat walikota.
Menjelang 5 tahun kemudian, faktor-faktor diatas bukan lagi menjadi pra syarat seseorang untuk menduduki jabatan walikota. Lantas apa yang menjadi syarat untuk seorang kandidat walikota Manado di periode tahun 2010-2015? Jawabannya gizi!
Ya, kata gizi merupakan sebutan lain dari pada kemampuan keuangan. Suasana pencalonan seseorang untuk masuk dalam bursa pemilihan walikota Manado di dominasi kuat oleh para calon dengan latar belakang pengusaha. Demikian pendapat Reince, seorang dosen di perguruan tinggi negeri di kota Manado.
Ini merupakan imbas dari pemilihan calon legislatif lalu yang di warnai dengan politik uang secara terang-terangan. Masyarakat tidak lagi melihat kemampuan lain dari seorang calon, yang diperhatikan sekali justru adalah kemampuan “membeli suara”.
Jadi, suasana demokrasi yang ditandai dengan pemilihan langsung seorang kepala daerah, sudah berubah menjadi ajang untuk membeli suara, membeli mandat dari rakyat. Hal ini bukan lagi politik untuk demokrasi, tapi sudah berubah menjadi politik untuk uang atau uang untuk membeli jabatan politik.
Saya kira, ini efek negatif dari reformasi dan suasana keterbukaan eforia demokrasi yang keliru dan tidak memberikan pendidikan politik bagi masyarakat, amat disayangkan, ungkap Reince sambil mengakhiri pembicaraan. CHRISTY MANARISIP