Paslaten — Sanggar Winetin yang diresmikan Sabtu (24/11/2018) di Desa Paslaten Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara (Minut), mendadak mendapat kunjungan tamu Green Manueke, MM (Tenaga Ahli Madya Managemen Informasi Program Inovasi Desa Provinsi Sulut) bersama tim, Kamis (29/11/2018).
Kedatangan tim bermaksud untuk mengikutsertakan program P2KTD (Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknik Desa) yang merupakan mastering dari potensi dan inovasi desa dan Tim Capturing yang bertugas untuk menangkap potensi desa yang betul-betul lengkap dengan Blue Print Concept, analisis dan sebagainya.
Sanggar Winetin mulai mendapat perhatian dari pemerintah SULUT, dengan tindak lanjut agenda yang akan dibahas dalam rapat kordinasi untuk menjadi small scale modeling dalam optimalisasi Budaya dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Menurut Green Manueke, Sanggar Winetin adalah satu-satunya yang menjadi model di SULUT.
Sementara Lidya Katuuk, Sekretaris Sanggar Winetin mengatakan akan akan berupaya memberdayakan segala potensi yang ada.
“Kami mengangkat dan melestarikan serta memperkuat budaya Minahasa, Tonsea dan juga memaksimalkan alam sekitar untuk tujuan peningkatan ekonomi masyarakat,” kata Lidya Katuuk.
Untuk itu, menurut Lidya Katuuk, Sanggar Winetin ke depan mengupayakan pengelolaan usaha antara lain:
1. Bibit pohon cempaka dan Wanderan
2. Buku Metode pembelajaran kolintang dari fisik dan e-book
3. Kerajinan Batik dengan motif Minahasa Utara
4. Produksi alat kolintang
5. Pembelajaran Kolintang (gratis bagi orang Paslaten)
6. Website sanggar
Diberitakan sebelumnya, setelah berdiri pada 27 September 2017 lalu, sanggar binaan Mayjen TNI AD (Purn) Lodewyk Pusung itu, akhirnya diresmikan Sabtu (24/11/2018) di Desa Paslaten Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara (Minut).
Peresmian Sanggar Winetin Paslaten berlangsung meriah dengan pesta budaya yang dipusatkan di balai pertemuan sanggar yang dibangun di atas lahan seluas 600 meter persegi.
Pembina Sanggar Winetin Paslaten Mayjen TNI AD Lodewyk Pusung menjelaskan, perkembangan sanggar sangat baik dalam enam bulan terakhir.
Sedikitnya sudah terbentuk empat grub kolintang anak dengan fasilitas tiga set alat musik kolintang.
“Saya mengajak masyarakat untuk selalu berinovasi dalam melestarikan budaya daerah. Kalau tidak budaya kita bisa punah. Mari jadikan budaya Minahasa berdaya guna bagi pembangunan manusia sepenuhnya,” ujarnya.
Lodewyk menambahkan, Sanggar Winetin memiliki tujuan untuk mengantar alat musik kolintang untuk mendapatkan pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (Unesco) sebagai warisan dunia dari Minahasa Utara Sulut.
“Tiga minggu lalu, Unesco sudah mengundang Sekretaris Sanggar (Lydia Katuuk) ke kantor Unesco dan mengundang pemain kolintang untuk tampil di gedung putih. Ini sebuah capaian yang baik. Kedepan, saya juga ingin membangun galeri batik disini. Ada beberapa warga desa yang sudah ikut kursus membatik di Jakarta dan hasilnya baik. Mereka nanti akan menjadi pioner di desa untuk mengembangkan kerajinan batik tulis di Minahasa Utara,” ujar Lodewyk.
(***/rds)