KAREMA adalah singkatan dari Kreasi Masyarakat Sulawesi Utara yang mengangkat kembali segala sesuatu yang dihasilkan dari pengembangan budaya masyarakat Sulut, dan di persembahkan untuk kemajuan bagi masyarakat luas. Yayasan KAREMA didirikan pada Oktober 2006, sebagai suatu wadah guna memenuhi kebutuhan yang lebih luas bukan hanya masyarakat Minahasa, namun juga masyarakat Sulut.
Mengapa KAREMA?
Berdasarkan legenda cerita rakyat Minahasa, KAREMA adalah Pemimpin Spiritual Perempuan Pertama Minahasa. Dalam perannya sebagai pemimpin rohani, KAREMA-lah yang mensahkan perkawinan Toar-Lumimuut, nenek moyang/cikal bakal orang Minahasa. KAREMA menyiratkan tentang pemahaman dan penghargaan kepada manusia dan alam sebagai ciptaan yang Maha Esa. Spirit nama KAREMA yang telah mengangkat peran perempuan, khususnya kaum ibu yang dengan talenta dan anugerah Tuhan meneladankan kerajinan, kehormatan, kepemimpinan yang menghasilkan karya, kreativitas untuk menghidupi keluarga dan lingkungan. KAREMA membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan di Sulawesi Utara dari zaman dahulu telah ada sehingga masalah gender bukanlah masalah yang hakiki bagi masyarakat Sulut. KAREMA juga yang pertama kali memperkenalkan adanya kuasa “diatas” segala kuasa (Empung Wailan Wangko).
Visi Yayasan KAREMA
Penggalian kembali dan pengangkatan serta pengembangan hasil karya masyarakat Sulut. Memberikan penghargaan tentang adanya kekayaan budaya dan tumbuhnya peradaban masyarakat Sulut. KAREMA hadir untuk semua masyarakat dan berusaha dengan segala daya, upaya dan dana untuk mengangkat kembali hasil karya masyarakat Sulut agar masyarakat dapat merasakan dan memiliki kembali rasa bangga serta cinta akan produksi dalam negeri. Mengupayakan agar produk-produk budaya lebih spesifik lagi produk seni dapat diproduksi oleh putera-puteri daerah, sehingga membuka lapangan kerja bagi masyarakat luas. Hasil kreasi masyarakat Sulut ini di persembahkan untuk kemajuan serta bermanfaat bagi masyarakat.
KAREMA telah berhasil memproduksi dan menampilkan kain tenun Bentenan atau biasa disebut juga batik Bentenan yang telah hilang dari Minahasa sekitar hampir 200 tahun silam, dengan beberapa motif, diantaranya Kaiwu Patola, Tinonton Mata, Tinompak Kuda, Pinatikan Bantik, Kaiwu Patola Zigzak dan Kain Koffo Sanger.
Kini motif Kaiwu Patola telah berhasil dibuat dalam bentuk print yang digambar kembali oleh Yessy Wenas, budayaman asal Minahasa, Sulut. Yayasan KAREMA juga mengangkat kembali motif lain dari suku Bantik dan Sangihe Talaud. Kain print ini tahan kusut tidak luntur dengan warna warni khas dengan harga terjangkau. Kain tenun dan print Bentenan sudah berpartisipasi dalam berbagai acara baik di Minahasa, di dalam negeri maupun luar negeri.
Untuk mendapatkan Kain Tenun Bentenan dapat menghubungi Sekretariat, Jalan Biduri Blok I 2/24 Permata Hijau, Jakarta Selatan, Telp, 021-548.2765, Fax. 021-548.0812/021-391.0221. Perwakilan, Jalan Achmad Yani No.8 Sario Manado, Telp 0431-862193, Sonder, Telp 0431-356464.
Bisa juga kunjungi Mega Trade Centre (MTC) Boulevard Manado, lantai ground blok H. 54, dan galeri di Hotel Sedona Tateli Minahasa-Sulut. (edit jerry)