Manado – Istilah “Kinaangkoan” adalah ungkapan untuk mengekspresikan pandangan bahagia dan terikan sukacita para leluhur yang mula-mula menemukan kawasan yang datar tersebut setelah sekian lama menaiki bukit, menyusuri lembah dan sungai mencari tempat tinggal.
Menurut Jaringan Komunitas Budaya Minahasa melalui press rilisnya kepada BeritaManado.com, dataran tersebut tak hanya rata tapi juga luas sehingga memungkinkan bagi kelanjutan sebagai tempat pemukiman yang layak bagi suatu negeri.
Ungkapan ini juga menandai persetujuan dari Tuhan Semesta Alam yang dikenal sebagai Empung Wailan Wangko oleh para leluhur melalui tanda “Kuwil” dari bilangan “Manguni”.
“Pada tempat ini kita dapat menemukan “Watu Tumani Kiaangkoan” dan Waruga-Waruga dari para pendiri negeri serta para pemuka masyarakat. Jadi, tanah ini peninggalan leluhur, pusaka. Tanah lambang abadi persaudaraan, tanah tanda penghubung Tou Minahasa kini dan para pendahulu,” tutur pemerhati sekaligus peneliti budaya, Freddy Wowor. (***/jerrypalohoon)