BITUNG—Memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-29 sanggar Tangkasi binaan Leonardo Axsel Galatang berbagai pentas seni. Pementasan ini menggelar berbagai karya seni teather yang telah dipentaskan, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Hasil karya sanggar Tangkasi kini telah merambah luas ke sekolah-sekolah dengan membentuk sanggar dimasing-masing sekolah sesuai dengan karakter siswa. Dan perayaan HUT ke-29 Sanggar Tangkasi dibilang sangat spesial mengingat pelaksanaan HUT di tahun 2011 telah menggunakan gedung kesenian yang representatif jika dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya yang hanya menggunakan gedung BPU kantor walikota.
“Namun dengan semangat dan ketulusan untuk mengembangkan seni di kota Bitung berbagai kendala dapat kami lalui,” ujar bung Galatang seniman kawakan kota Bitung ini dalam sambutan pembuka pada acara HUT sanggar Tangkasi ke 29 yang dilaksanakan di gedung Kesenian, Sabtu (23/7).
Lanjut Galatang mengatakan, dengan adanya gedung kesenian di kota Bitung sangat membantu pengembangan bakat dan karya seni untuk generasi muda. Karena menurutnya seni merupakan bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipisahkan dengan manusia karena seni adalah sebuah peradaban manusia yang luhur dari hati nurani tanpa berbagai kepentingan dan kekarasan
“Oleh sebab itu seni akan membawa kita dalam persatuan dan kesatuan membangun bangsa yang bermartabat,” tegasnya seraya menambahkan menyampaikan terima kasih kepada Pemkot Bitung yang telah mendirikan gedung kesenian yang akan menjadi rumah seni bagi pecinta seni di kota cakalang.
Sementara itu walikota Bitung, Hanny Sondakh dalam sambutannya mengaku bangga dan kebahagiaan yang harus disyukuri di usai yang telah dicapai teater Tangkasi. Karena menurut Sondakh, jika dilihat dari potensi yang dimiliki saat ini, maka sanggar Tangkasi merupakan sanggar seni terbesar di kota Bitung yang menjadi motor dan induk para pecinta seni.
Sementara itu, pembukaan acara ini diawali dengan penampilan pentas seni oleh sanggar tangkasi dengan judul Misteri Sebuah Cangkul berdurasi kurang lebih tiga jam karya ke 96 Leonardo Axsel Galatang. Dengan apik mereka mampu memainkankan perannya sehingga suasa menjadi teduh seakan terbawa dengan isi cerita.(en)