Tomohon – Kegiatan Pembinaan Penyuluh Agama Katolik Non PNS Kota Tomohon yang diselenggarakan di Hotel Jhoanie Kakaskasen Tomohon, ditutup secara resmi oleh Kepala Seksi Bimas Katolik Lastiko Runtuwene, S.Ag, M.Pd mewakili Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Tomohon, didampingi Ketua Panitia Kegiatan Jufens Rettob.
Vera Momuat mewakili peserta menyampaikan kesan dan pesan selama mengikuti kegiatan ini. Beliau menyampaikan para peserta sangat berbahagia dan senang karena diberikan kesempatan mengikuti kegiatan ini yang difasilitasi oleh Seksi Bimas Katolik Kankemenag Kota Tomohon. “Dengan mengikuti kegiatan ini wawasan kami mengenai pewartaan semakin luas, sehingga sekembali nantinya di tempat tugas masing-masing baik di paroki, stasi, kelompok kategorial, semua materi yang didapat dalam kegiatan ini dapat dipraktekkan,” Ujar Vera. Lebih lanjut Vera mengatakan mudah-mudahan kegiatan ini dapat terus-menerus untuk dilaksanakan dalam rangka peningkatan sumber daya pemimpin umat sehingga pengembangan tugas gereja dapat tercapai.
Dalam acara penutupan kegiatan Kepala Seksi Bimas Katolik Kankemenag Kota Tomohon Lastiko Runtuwene, S.Ag mengungkapkan bahwa Keberadaan kita sebagai pelayan uamt di paroki, stasi, kelompok kategorial, atas salah satu cara merupakan kasih karunia Allah atau panggilan Allah.
“Atas dasar itu maka kita dipilih untuk menjadi pelayan umat maka kita pantas bersyukur,” kata Runtuwene.
Lebih lanjut Runtuwene mengatakan setiap manusia diberi potensi dan peluang sekaligus diberi tugas/diutus untuk melayani. Karena pilihan Allah tidak sembarang dengan kata lain kita bukan orang sembarangan. Karena setiap kita memiliki potensi yang sudah berkembang dan bisa dikembangkan lagi sekaligus punya panggilan. Orang katolik berkat pembaptisan dipanggil untuk diutus dan dikuatakan dengan sakramen-sakramen lainya untuk mewartakan kerajaan Allah.
“Merupakan suatu kebanggan kami selaku pelaksana kegiatan ini, karena selama berada di sini kita telah melalui suatu proses, walaupun kegiatannya sangat padat. Tentunya ini membutuhkan tenaga dan waktu. Dari peserta tidak menunjukkan sikap atau perilaku yang membosankan atau melelahkan, bahkan peserta serius dan semangat mengikuti kegiatan,” ujar Runtuwene.
“Para Peserta telah mendengarkan dan mengikuti materi dari para narasumber/fasilitator, tetapi dari diri kita juga memberikan diri sendiri menjadi fasilitator. Semoga apa yang kita dapatkan bersama dalam kegiatan ini bisa kita praktekan di paroki, stasi, kelompok kategorial, wilayah rohani kita masing-masing,” kunci Runtuwene. (oke)