MANADO – Upaya Universitas Sam Ratulangi menggapai visi besar sebagai “Excellent University” oleh beberapa pihak telah mengorbankan mahasiswa.
Pihak rektorat ditengarai memaksimalkan mahasiswa dan calon mahasiswa sebagai sumber dana.
Namun hal tersebut justru dibantah Rektor Unsrat Prof. Dr Donald Rumokoy SH. MH. Menurutnya, rektorat telah melakukan yang terbaik bagi mahasiswa dengan menjunjung tinggi asas keadilan.
“Tuduhan itu tidak benar, justru kami memberi ruang yang sangat banyak bagi mahasiswa dan calon mahasiswa kurang mampu. Sebagai contoh untuk penerimaan tahun ini ditargetkan Unsrat menerima sekitar 700 mahasiswa kurang mampu untuk dibebaskan dari biaya kuliah,” tutur Rektor Rumokoy usai hearing di DPRD Sulut beberapa hari lalu, sambil menambahkan pihaknya juga masih menunggu anggaran program bidik misi dari pemerintah pusat.
Namun tuduhan pungutan dana puluhan hingga seratus juta rupiah untuk calon mahasiswa Fakultas Kedokteran tidak dibantahnya. Rektor berasumsi pungutan tersebut masih wajar dan termasuk paling sedikit jika dibandingkan dengan universitas lain di Indonesia.
“Tidak usah jauh-jauh, teman-teman wartawan bisa mengecek ke Universitas Tadulako di Palu, untuk masuk kedokteran biayanya paling sedikit Rp150 juta. Sementara di Unsrat hampir semua dibawah Rp100 juta. Bahkan paling dominan dibawah Rp50 juta,” tegas Rumokoy.
Bahkan rektor mengumpamakan seorang anak rektor dan anak pegawai bawahan yang ingin masuk Unsrat, tentu tidak adil jika anak rektor membayar sama dengan anak pegawai bawahan tersebut.
“Khan tidak adil jika seorang anak rektor harus membayar sama dengan anak pegawai bawahan. Jadi kami sangat menjunjung tinggi asas keadilan. Mahasiswa dan calon mahasiswa dari keluarga kurang mampu menjadi prioritas pembebasan biaya kuliah,” pungkasnya. (jry/gn)