
Manado – Mulai keringnya pemahaman sejarah kepahlawanan generasi Sulawesi Utara, terkhusus generasi Minahasa menjadi keresahan tersendiri bagi para budayawan dan akademisi di daerah ini. Terdorong dari salah satu kondisi itu, Renier Emyot Ointoe, penulis biografi dan budayawan Sulawesi Utara, kembali mengangkat sosok pahlawan yang merupakan putra terbaik Minahasa.
Setelah rampungnya penulisan buku, diawali dengan kegiatan seminar yang digelar, Rabu (28/11) kemarin. Sekaligus peluncuran buku karya Reiner Emyot Ointoe yang berjudul Bote, terlihat disambut positif warga Sulut. Ketika diwawancarai BeritaManado.com, Bang Reiner sapaan wartawan senior ini, awal mula dimulainya penulisan biografi ini didorong Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Dr. Djouhari Kansil, agar bisa kembali dituliskan sosok pahlawan Robert Wolter Monginsidi.
”Memang penulisan buku yang berjudul Bote, yang notabenenya merupakan panggilan akrab dari Robert Wolter Monginsidi. Penulisan buku ini dimulai penulis dari perspektif perilaku dan nilai-nilai positif yang selalu ditonjolkan seorang Bote ketika berusia muda.
Begitu luar biasa, Bote di usia muda, yakni 24 tahun sudah menjadi inspirator perjuangan melawan NICA. Penulisan buku ini menitik beratkan pada nilai-nilai kepahlawanan seperti keadilan, anti-penindasan, anti-eksploitasi, dan komitmen Bote untuk berjuang demi kesejahteraan rakyat,” ulas Bang Reiner.
Penulis Sulut yang telah menghasilkan banyak buku berkualitas internasional itu pun melanjutkan bahwa penulisan buku yang dilakukannya juga merupakan salah satu program dari pemerintah Provinsi Sulut dalam rangka edukasi kepada masyarakat.
”Hadirnya buku ini diantaranya juga karena program Biro Kesra Pemerintah Provinsi Sulut, terutama oleh Dr. dr. T.D.E. Abeng, M,Kes yang menawarkan penulisan dan penerbitan pada publik. Kebutulan saya memiliki dokumen tentang Bote, maka saya tuliskan drafnya, dan menuliskan dalam bentuk sedikit fiksi, dengan data-data manuskrip, buku-buku yang berkaitan dengan Bote, serta wawancara langsung dengan keluarga Bote.
Diharapkan upaya ini bisa menutrisi pemikiran dan semangat warga Sulut, untuk mampu berkompetisi sehingga kita kelak akan menjadi manusia-manusia yang berkualitas,” tutur budayawan kawakan itu menutup. (Amc)