Manado – Perjuangan merebut kemerdekaan tidaklah mudah. Tercatat di sejarah kemerdekaan perjalanan panjang para pejuang dan kaum pribumi waktu itu. Tak sedikit juga yang dikorbankan demi kemerdekaan.
Inilah yang coba diingatkan oleh purna paskibraka Kota Manado tahun 2012, Jimmy Wahongan kepada generasi muda.
“Kita sebagai generasi penerus bangsa yang notabene pernah diajar dan dilatih menjadi sosok yang cinta akan tanah air Indonesia, tetap mengikuti arus modern tapi tidak sekalipun melupakan nasiolisme serta patriotisme Negara Kesatuan Republik Indonesia”, ujar Jimmy Wahongan kepada BeritaManado.com, Selasa (11/8/2015).
Ia pun masih menganggap wajar jika masyarakat nanti memasang bendera merah putih mendekati 17 Agustus bukan sejak jauh hari sebelumnya layaknya perayaan piala dunia.
“Hal itu masih wajar karena kalau perayaan semacam piala dunia kita hanya ikut meramaikan. Tapi kalau peristiwa kemerdekaan itu diperingati dan dihayati. Merupakan momen yang sakral saat Sang Saka Merah Putih dikibarkan. Mengingat sejarahnya saat Soekarno membaca teks proklamasi dan seluruh dunia mengakui kemerdekaan Indonesia.
Jadi itu sebabnya bendera Merah Putih tidak sembarangan dipasang atau dikibarkan. Ada nilai kesakralannya disitu. Beda dengan bendera-bendera lain apalagi kalau disangkutpautkan dengan sepak bola”, tuturnya.
Menginjak usia 70 tahun Indonesia merdeka, purna paskibraka 2012 yang juga adalah pengurus OMK Gereja Katolik Paroki Ratu Rosari Suci Tuminting ini, sebagai warga Manado berharap agar Manado tetap damai, bersih dan nyaman.
“Harapan untuk kota Manado, kiranya kita selalu menjaga Torang Samua Basudara dan selalu menjadi kota yg bersih, aman dan nyaman”, tandasnya. (srisuryapertama)