Amurang—Bupati Christiany Eugenia Paruntu, SE sangat berkerinduan meneruskan program pelebaran jalan Trans Tumpaan-Amurang. Dengan demikian, program sejak bupati Ramoy Markus Luntungan pun dapat dilaksanakan. Hanya saja, justru pelebaran menjadi 22 meter. Pun demikian, pro dan kontra atas program tersebut belum memberi dampak atas rencana Pemkab Minsel tersebut.
Chenny Esther Pattylima, warga Minsel mengatakan, program pelebaran Jalan Trans Tumpaan- Amurang adalah “program tidak populis”. ‘’Karena jelas akan mendapat resistensi yang luar biasa dari rakyat. Mengapa tidak meneruskan ‘Program Jalan Lingkar Tumpaan-Kapitu’. Dan atau program jalan alternatif sepanjang pesisir Pantai Amurang,’’ tanya Pattylima.
Lain lagi kata Vallerie Lessy, warga Minsel lainnya. ‘’Justru, kalo pertimbangannya nyawa-nyawa yang hilang di jalan. Jalan lingkar adalah solusinya, karena tidak melewati area pemukiman. Ingat, Kota Manado dan Minsel sangat berbeda. Manado tak punya lahan lagi untuk jalan alternatif. Kalau Minsel kurang pilih-pilih bangun di manapun,’’ kata Lessy.
Sementara itu, Stansye Mendur juga memberi pendapat, yang utama adalah kesalamatan. ‘’Pelebaran Jalan Trans Tumpaan-Amurang adalah proyek yang realistis. Memang jalan alternatif tapi, biaya yang dibutuhkan tidak sedikit dan multi year. Maksudnya, tidak 3-4 tahun selesai. Karena harus benar=benar kuat dan bermanfaat. Kalau hanya asal-asalan dan hanya mencari popularitas, tidak akan bermanfaat. Karena, jalan lingkar resikonya sangat besar. Pertama, soal masalah lingkungan, longsor, riol/saluran air, jembatan harus kuat. Dan bermacam-macam persoalan dan tantangan,’’ tegas Mendur.
‘’Sebenarnya, jalan lingkar itu sudah dimulai pemetaannya dengan anggaran Rp 1 miliar pada saat bupati lama. Kalau pemerintah kita bersungguh-sungguh, semuanya bisa dilakukan dengan baik. Karena, pemerintah daerah hanya bisa menyediakan dana sebagai pendamping APBN. Bisa juga diserahkan kepada pihak ketiga dalam hal ini investor. Semuanya adalah amanat UU. Pertanyaannya, maukah Pemkab Minsel melalukan sesuatu yang lebih menantang. Ketimbang yang agak gampangan. Tapi, akan berakhir pada konflik dengan rakyat Minsel,’’ jelas Ivan Rumokoy, mantan anggota DPRD Minsel ini.
Sama halnya kata Youla Eveline Loomeyer, warga Amurang. “Kalau pemerintah so ator dengan memenuhi syarat untuk memperindah Minsel kedepan. Itu tak menjadi masalah bagi kami. Yang terpenting disini, pemerintah harus bertanggungjawab dan bergandengan tangan dengan rakyat. Untuk memajukan Minsel yang lebih baik. Mari kita dukung program Pemkab Minsel,yang kini diperjuangkan Bupati Tetty Paruntu,’’ tegas Loomeyer.
Harc Masinambow, juga berkomentar soal program ini. ‘’Sebelum Minsel resmi berdiri. Master Plan Pembangunan Minsel sudah ada. Baik itu jalan lingkar, Boulevard Amurang, pelebaran jalan Tumpaan-Amurang. Nah, sekarang tinggal bagaimana menentukan skala prioritas dan kebutuhan. Jadi, kalau pemerintah sudah menetapkan skala prioritas pembangunan pelebaran jalan Trans Tumpaan-Amurang. Mari torang dukung, karena sama-sama ini untuk kepentingan kita warga Minsel,’’ sebut Masinambow.
Sedangkan kata Jenry Mandey, pemuda asal Motoling ini menjelaskan, baginya pelebaran itu sudah menjadi kebutuhan warga Minsel. Pelebaran jalan diakibatkan oleh bertambahnya kendaraan yang membuat Amurang dan Minsel macet. ‘’Pertanyaannya, apakah ruas jalan tersebut selalu macet. Jika belum, saya mengusulkan kebutuhan masyarakat, sebelum bertindak pikirkan kekuatan dan kekurangan. Sebab,peluang dan tantangan akan ada pada kita semua,’’ beber Mandey. (and)