
MANADO – Pluralisme di Indonesia tidak serta merta bisa dijadikan sebuah rekatan pemersatu bagi setiap masyarakatnya. Hal inilah yang terjadi baru-baru ini di Kota Solo. Masyarakat Indonesia secara serentak dikejutkan dengan aksi biadab dari oknum aliran keras atau aliran radikalisme yang bertamengkan agama melakukan aksi bom bunuh diri.
Hal ini mengiktiarkan bahwa Indonesia masih dalam cengkraman terorisme yang selalu dapat bereaksi kapan saja. Terkait dengan aksi tersebut Drs. Novie R Pioh, MSi mencoba menyikapi dengan arif dan bijaksana. Kepada beritamanado dia menyatakan bahwa hanya satu saat ini alternatif yang harus dengan cepat di laksanakan oleh pemerintah, yaitu menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila kepada seluruh generasi muda.
“Pemahaman yang utuh akan Pancasila, niscaya akan membuka paradigma generasi muda bangsa ini akan rasa nasionalisme, tenggang rasa dan saling menghargai. Sebab hampir semua aksi-aksi seperti di Solo memakai para generasi muda yang gampang dicuci otaknya atau di doktrin dengan paham-paham yang tidak sesuai dengan kaidah yang ada di bangsa ini,” tuturnya.
Pioh yang juga merupakan staf pengajar di Fisip Unsrat sekaligus pembantu dekan dua berharap agar kita jangan terlalu jauh dulu membahas paham demi paham menyangkut radikalisme tapi yang perlu yaitu kita tuntaskan pemahaman Pancasila ini ke semua kalangan khususnya generasi muda.
Terkait dengan pemboman tersebut ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Sulut melalui ketuanya Alwan Rikun berharap agar pemerintah dengan cepat menangkap dalang dari jaringan terorisme ini sekaligus menghimbau agar Sulut tetap mempertahankan sikap toleransi agar nantinya bisa menjadi contoh untuk daerah-daerah lainnya di indonesuia. (gn)