
Manado, BeritaManado.com – Sepertinya ada kecenderungan sebuah skenario melumpuhkan Jantje Wowiling Sajow (JWS) dalam kompetisi Pilkada di Minahasa.
Demikian pendapat pengamat politik, Dr Ferry Daud Liando, menanggapi keputusan PDI-Perjuangan yang tidak mengusung petahana Jantje Wowiling Sajow (JWS) di Pilkada Minahasa pertengahan 2018 mendatang.
Indikasinya menurut Ferry Liando, adalah penetapan pasangan calon pada saat last minute pendaftaran bakal calon. Fenomena ini sama persis seperti di Jawa Timur. Di Jatim menjelang pendaftaran, bakal calon yang berpasangan dengan Gus Ipul mengundurkan diri menjelang penutupan pendaftaran.
“Kondisi ini akan sangat menyulitkan Gus Ipul untuk mencari pendamping. Yang diusulkan sebagai pengganti yaitu Tri Risma walikota Surabaya tidak bersedia. Di Minahasa, jika pada akhirnya bukan JWS yang di calonkan PDIP maka akan kesulitan bagi JWS untuk mencari tiket pencalonan. Hampir semua parpol sudah di kapling calon lain. Jalur perseorangan tidak mungkin karena sudah ditutup. Kondisi ini tentu akan berbeda jika PDIP sama seperti Golkar yang jauh-jauh sebelum pendaftaran sudah menetapkan pasangan bakal Calon,” jelas Ferry Liando ketika dimintai tanggapan BeritaManado.com, Minggu (7/1/2018).
Lanjut akademisi Unsrat ini, jika PDI-Perjuangan telah menetapkan bakal calon dan kemudian JWS tidak diakomodir maka tentu JWS masih memiliki kesempatan membangun komunikasi dgn parpol lain atau paling tidak masih ada kesempatan lewat jalur perseorangan.
“Namun inilah politik yang harus diterima oleh semua politisi. Ada yang pergi dan ada yang datang. Siapa mereka, sangat tergantung pada momentum,” tandas Ferry Liando.
Ditanya, apakah keputusan PDIP tidak mengusung JWS adalah tidak logis? Ferry Liando mengatakan bahwa elit-elit politik PDIP yang paling tahu.
“Tentu jawaban ini yang paling tahu adalah elit-elit PDIP sendiri. Kalau soal kinerja atau prestasi, JWS saya menilai tidak jelek-jelek amat. Meski tidak sempurna, namun ia masih mengungguli beberapa kepala daerah lain. Sehingga sangat sulit membaca alasan PDIP mengamputasinya,” tukas Ferry Liando.
Paling pokok lanjut Ferry Liando politik itu selalu identik dengan momentum. Prestasi seseorang merupakan urutan kesekian, yang paling utama siapa yang paling dekat dengan api. Sepertinya momentum JWS tidak lagi tepat dalam lingkaran PDIP saat ini.
Apalagi JWS dari aspek sejarah tidak memiliki ikatan mengakar di PDIP. Ia semacam pemain pinjaman dari Golkar pada Pilkada sebelumnya akibat saat itu tidak tidak ada kader PDIP sekaliber JWS saat itu.
“Boleh di kata JWS menyelamatkan muka PDIP pada saat Pilkada lalu. Ini sepertinya sejarah yang terlupakan. Namun demikian apakah persepsi saya ini benar atau tidak, yang paling tahu adalah elit PDIP sendiri. Namun yang pasti PDIP punya target untuk menang. Mungkin PDIP punya skenario lain memenuhi target itu. Namun tanpa incumbent, PDIP harus bekerja keras,” pungkas Ferry Liando.
(JerryPalohoon)