Minahasa – Bertempat di Rumah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi Utara (Sulut) peserta Sekolah Jurnalistik (SJ) digodok. Selama 5 hari, sejak 24-28/11/2018 di rumah panggung khas Minahasa sekira 2 petak, mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan seputar jurnalistik.
Kegiatan yang digagas AMAN dan Komunitas Penulis Muda Minahasa MAPATIK diikuti perserta mulai dari mahasiswa, seniman dan budayawan. 10 peserta yang ikut, sebelumnya telah melewati tahapan seleksi panitia pelaksana dari berapa puluh pendaftar. Kebanyakkan yang gugur otomatis, karena batasan usia peserta maksimal 26 tahun.
Ketika pelatihan, udara dingin Tondano tak membuat semangat belajar peserta kendur. Tak ada waktu yang tidak dimanfaatkan.
Mulai pagi, usai smokol (sarapan) pukul 08:00 Wita aktivitas belajar sudah dimulai. Nanti matahari tepat di atas, istirahat makan. Kemudian pukul 13:00 Wita kelas materi dilanjutkan. Sekitar pukul 16:00 Wita selama stengah jam break. Setelah itu, materi lagi. Terbenamnya sang surya peserta diberi kesempatan mandi, kemudian dinner. Malamnya hingga pukul 21:00 Wita peserta mulai menulis. Begitulah keseharian mereka selama ditempat pelatihan.
Para peserta pun dilatih oleh orang-orang berkompeten di bidang jurnalistik, sekaligus sebagai penanggung jawab kegiatan tersebut. Diantaranya, Directur Komunitas Penulis Muda Minahasa MAPATIK, Rikson Karundeng, Penulis-Alumni Kursus Jurnalisme Sastrawan Pantau, Denni Pinontoan, dan Kalfein Wuisan.
Adapun materi yang berikan, Straight News, Feature news dan jurnalistik sastrawi. Termasuk teknik dalam meliput, wawancara serta menulis. Tak hanya sekedar kelas biasa, dalam ruangan mirip meja redaksi media, usai materi peserta mulai diasa praktek menulis. Bahan tulisan, ialah kegiatan itu sendiri.
Dijelaskan Kalfein Wuisan, alasan digelar SJ, untuk melatih para pemuda di Sulut dalam menjaga peradaban dengan pengetahuan seputar jurnalistik pada prinsip dasarnya. Apalagi sekarang informasi palsu yang berisi kebohongan sangat cepat menyebar dalam mempengaruhi masyarakat secara massif. Publik sangat mudah memperoleh informasi di era internet.
“Karena itu SJ dilaksanakan. Supaya para pemuda bisa melihat mana berita benar dan tidak. Sekaligus mereka ini juga bisa mengedukasi ke lainnya,” kata Kalfein Wuisan kepada BeritaManado.com, Rabu (28/11/2018).
Selain itu, para peserta dari mahasiswa dipersiapkan di pers mahasiswa kampus. Sedangkan lainnya bakal menjadi wartawan dan penulis budaya. Diharapkan dari pelatihan ini akan lahir jurnalis atau penulis handal yang mempunyai daya saing.
Dalam penutupan, Denni Pinontoan menjelaskan, paling penting pada tulisan pesan yang dikumpulkan melalui data-data. Apalagi kalau menulis Jurnalisme sastrawi, tidak seperti straight.
“Nantinya Sekolah Jurnalistik ini, ketika dibuat laporan akan ditemukan banyak hal. Pesan saya jangan pernah takut untuk memulai menulis. Karena lewat tulisan kita akan mudah bergaul dengan orang,” pesan Denni yang juga sebagai dosen di Fakultas Teologi UKIT.
Sementara salah satu peserta, Juan Ratu mengaku banyak hal di dapat lewat SJ ini. Termasuk pengalaman buat dirinya yang baru mengenal dunia Jurnalistik.
“Pengetahuan menulis straight news, feature news dan penulisan jurnalis sastrawi pertama saya dapat disini. Sungguh luar biasa,” ujar pria lulusan fakultas hukum Unsrat 2018.
Senada, Frebriani Sumual pun mengaku senang, sekaligus mengucapkan terimakasih kepada penyelenggara kegiatan AMAN-MAPATIK dan pemberi materi.
“Kapan lagi ikut kegiatan dengan fasilitas lengkap serta gratis. Ya kita hanya bisa bilang terimakasih. Mulai sekarang kita akan mulai belajar lebih giat menulis,” ucapnya.
(Anes Tumengkol)