Amurang – Kabar nyaris tewasnya Mangatur Pandiangan, wartawan senior yang melakukan cuci darah di RSUP Kandou Manado, jadi perbincangan hangat di kalangan sesama pekerja Pers di Minsel.
Dolvi Mangindaan, salah satu wartawan senior di Minsel bersama sejumlah pekerja pers lainnya bahkan mengecam RSUP Kandou karena dianggap teledor dalam memberikan tindakan medik terhadap Mangatur.
“Ini sangat disesalkan, apalagi hal tersebut terjadi di Rumah sakit terbesar di Sulut,” tandas Mangindaan.
Dikatakan Mangindaan, atas kejadian tersebut, RSUP Kandou diminta secara gentle bertanggungjawab terhadap kondisi pasien. Inikan menyangkut nyawa manusia. Dalam artian, kenapa kita minta RSUP bertanggungjawab, karena kondisi tersebut murni kelalaian pihak rumah sakit, tandasnya.
Selain itu, Mangindaan bersama rekan-rekanya meminta pihak DPRD Sulut memanggil pihak RSUP Kandou untuk melakukan dengar pendapat terkait kejadian ini.
“Bisa saja ada kejadian serupa yang tidak ter blow up di media, atau tidak diketahui publik secara luas. Makanya kami sarankan DPRD untuk panggil hearing pihak RSUP,” tukas Mangindaan.
Diketahui, Mangatur yang juga kesehariannya adalah seorang jurnalis, dikabarkan nyaris tewas setelah melakukan cuci darah di RSUP Kandou. Pihak RSUP Kandou sendiri sebelumnya mengakui jika telah terjadi kerusakan alat saat proses cuci darah sedang berlangsung.
Sementara itu, Suzi Mononimbar, istri Mangatur mengatakan, suaminya mengalami kejadian tidak biasanya sesudah curi darah.
“Sudah setahun suami saya lakukan cuci darah. Selama ini tidak masalah, dan baru kali ini dia mengalami hal seperti ini,” ungkap Suzi.
Dirinya juga mengakui jika pascakejadian tersebut, pihak RSUP Kandou telah memberikan perhatian khusus kepada suaminya, hanya saja dirinya juga mengaku kaget karena harus membayar obat yang digunakan dengan harga yang mahal.
“Apa yang dialami suami saya kan, karena kelalaian pihan rumah sakit (RSUP Kandow, red),” ungkapnya. (sanlylendongan)