Manado – Bertempat di Sekretariat Aliansi Jurnalis Idependen (AJI) Kota Manado, Jumat (14/2/14), sejumlah aktivis mahasiswa, pelajar, guru, akademisi, tokoh pemuda dan wartawan menghadiri diskusi yang bertajuk “Peristiwa Merah Putih Manado”.
Dalam diskusi ini, dikisahkan peristiwa heroic di Manado pada 14 Februari 1946 yang kemudian dikenal dengan nama Merah-Putih, yang merupakan peristiwa perebutan kekuasaan terhadap penjajahan Belanda.
Kegiatan tersebut digagas oleh AJI Manado bekerja sama dengan Sulut Institut dan Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Gorontalo (HPMIG) dengan menghadirkan pembicara dari berbagai kalangan yakni, sejarawan serta akademisi Unsrat, DR Ivan RB Kaunang MHum dan Direktur Eksekutif Sulut Institut, Ai Firman Mustika yang dimoderatori oleh Nur Apri Ramadhan Lusman.
“Saya bisa sebut peristiwa merah putih ini sebagai perang tanpa harus berperang. Di mana kekuatan strategi dari para pejuang kita mampu melumpuhkan dan melucuti senjata pasukan Belanda,” tutur Kaunang.
Dikesempatan yang sama, Ai Firman menjelaskan bahwa, bagaimana seharusnya generasi muda yakni pelajar dan mahasiswa serta pemuda mampu memaknai peristiwa heroic itu dalam konteks kekinian bangsa dan daerah. “Cinta tanah air yang ditunjukan generasi pendahulu dalam peristiwsa merah putih hendaknya diwarisi generasi saat ini dengan ikut mempertahankan dan membangun Indonesia dalam konteks hari ini,” ajaknya.
Pada sesi tanya jawab, Krisdianto Pranoto dari lembaga Hukum Mahasiswa Islam Manado, Julian Phillip dari GMKI Manado, serta Pembina OSIS SMKN 4 Manado, Paulus Steven Tuwo SPd secara terpisah menyatakan, seharunya peristiwa heroic merah putih itu masuk dalam kurikulum sejarah Indonesia.
“Paling tidak dalam muatan lokal, peristiwa merah putih ini masuk,” ujar Krisdianto dan Julian. Tuwo menambahkan, dari diskusi itu bis amerekomendasikan agar peristiwa Merah Putih masuk dalam muatan local. “Muatan lokal tidak hanya budaya local, tapi juga sejarah lokal,” jelas Tuwo.
Menjawab sejumlah pertanyaan dan pernyataan peserta, Kaunang menjelaskan bahwa, peristiwa Merah-Putih sudah berapa kali diusulkan untuk dimasukkan dalam kurikulum pelajaran sekolah. Namun hal itu tergantung pada pengambil kebijakan yaitu pemerintah.
“Sudah beberapa kali ada usulan memasukan dalam kurikulum, tapi semua tergantung pemerintah. Tentu kita berharap melalui forum-forum seperti ini bisa menggugah pemerintah untuk tidak melupakan sejarah,” pungkas Kaunang. (leriandokambey)