BW Lapian dan Letkol Charles Taulu, dua pahlawan peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946.
TOMOHON, beritamanado.com – Kudeta militer di daerah ini atau yang biasa disebut pemberontakan Merah Putih di Tangsi Teling Manado pada 14 Februari 1946 silam agar ditradisikan oleh Pemprov Sulut dan kabupaten/kota sebagai Hari Sulawesi Utara yang tidak saja diperingati tapi dirayakan secara resmi.
Dijelaskan Judie Turambi SH, peristiwa heroik yang berhasil ini merupakan sebuah kemenangan bernilai strategis-politis dalam perjuangan dan mempertahankan NKRI dari penjajah Belanda. “Presiden Soekarno pada 11 Maret 1965 di Istana Negara telah mencanangkan setiap tanggal 14 Februari adalah Hari Sulawesi Utara. Lalu Presiden. Soeharto pada 14 Agustus 1984 di Cibubur,” ungkapnya.
Peristiwa 14 Februari 1946 di Manado, lanjut Turambi salah satu peristiwa yang berarti dari 14 perang kemerdekaan selama revolusi fisik memperebutkan kemerdekaan tahun 1945-1950. “Letkol Purcell, Wakil Komandan Tentara Sekutu di Timur Jauh juga menegaskan bahwa Pemberontakan Merah-Putih sebuah kudeta berhasil yang memiliki nilai-nilai kepahlawanan di Sulut,” kata Turambi.
“Para pelaku dari peristiwa ini antara lain BW Lapian dan Ch Ch Taulu cs pada bulan Mei 1965 di Jakarta telah dianugerahi Bintang Gerilya serta jasad mereka dimakamkan di TMP Kalibata dan Manado. Olehnya, Pemprov Sulut dan seluruh pemerintah di kabupaten/kota untuk mengenang dan menghargai jasa-jasa para pejuang 14 Februari 1946. Kiranya 14 Februari 2015 digelar upacara dan pemasangan bendera Merah Putih seperti yang pernah dilakukan pada tahun 1950 sampai tahun 1970-an sebagai tanda Hari Sulawesi Utara,” pungkas pemerhati sejarah. (ray)