Manado, BeritaManado.com — Peleton Beranting Yudha Wastu Pramuka Jaya (Tonting YWPJ) yang dimulai sejak tanggal 16 Desember sampai puncaknya pada 19 Desember kemarin dilaksanakan dalam rangka Hari Ulang Tahun Korps Infanteri ke-69.
Upacara penutupan sekaligus peringatan Hari Infanteri tersebut dilaksanakan di lapangan Mako Rindam XIII/Merdeka Tomohon yang langsung dipimpin oleh Komandan Korem 131/Santiago Brigjen TNI Joseph Robert Giri SIP MSi yang bertindak selaku Inspektur Upacara dan Dandim 1309/Manado Letkol Inf Arif Harianto sebagai Komandan Upacara.
Sebelum pelaksanaan upacara berlangsung, Peleton Yudha Wastu Pramuka Jaya etape terakhir yang telah melaksanakan tugas peleton beranting tiba di Koramil 1302-06/Tomohon pada pukul 03.30 Wita dan pada pukul 05.30 wita peleton YWPJ terakhir tersebut diantar oleh para Perwira Kodam XIII/Merdeka dan Korem 131/Santiago menuju ke Mako Rindam untuk melaksanakan tugas terakhirnya menyerahkan simbol Yudha Wastu Pramuka Jaya kepada Rindam XIII/Merdeka untuk disimpan dalam suatu upacara.
Giat tersebut dirangkaikan dengan gelar pasukan tradisional yang juga memberikan simbol minum air kelapa kepada Irup sebagai simbol perjuangan saat itu, sekaligus? simbol pelepas dahaga.
Brigjen TNI Joseph Robert Giri SIP MSi pun membacakan amanat Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri Mayjen TNI Surawahadi SIP MSi selaku pembina Korps Infanteri TNI AD yang mengingatkan salah satu catatan peristiwa penting yang menjadi tonggak sejarah Infanteri adalah ketika menghadapi agresi Militer Belanda II Tanggal 19 Desember 1948.
Pada saat itu, Panglima Besar Jenderal Sudirman mengeluarkan perintah kilat No. 1/PB/D/1948 yang ditujukan kepada Angkatan Perang RI untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu perintah siasat No. 1/1948 Tanggal 12 JUNI 1948, untuk melawan musuh dengan melaksanakan Perang Rakyat Semesta dimana pasukan-pasukan yang hijrah melaksanakan aksi Wingate (Infiltrasi) dengan cara Long Mars kembali ke wilayah masing-masing dan membentuk Wherekrise (Kantong-kantong kekuatan) sebagai titik-titik kuat pertempuran Gelirya yang merupakan? taktik dan strategi prajurit Infanteri untuk melanjutkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
“Prajurit dan satuan-satuan Infanteri pun dituntut harus berkualitas dan modern, memiliki mentalitas baja dan berkarakter pejuang sebagai insan prajurit sejati, tugas adalah kehormatan, tugas berat tapi mulia itulah karakter yang harus tetap terpelihara dan tertanam pada setiap dada prajurit Infanteri dimanapun berada dan bertugas,” ujar Surawahadi.
Keberadaan satuan dan prajurit Infanteri yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, tidak akan lepas dari lingkungan masyarakat.
Surawahadi pun mengingatkan, dimana prajurit Infanteri kuat bersama rakyat merupakan cerminan jati dirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional.
“Prajurit Infanteri bersama masyarakat serta komponen bangsa lainnya diharapkan mampu menggelorakan kembali semangat persatuan dan kesatuan, nasionalisme bangsa, bela negara dan penguatan cinta tanah air dalam upaya memperkokoh kemanunggalan TNI-Rakyat yang merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan amanat konstitusi,” ucapnya.
Selesai kegiatan Upacara, dilanjutkan dengan penyerahan hadiah tropi dan uang pembinaan bagi masing-masing pemenang Peleton Beranting Yudha Wastu Pramuka Jaya dengan daftar pemenang sebagai berikut:
– Juara I Yonif 711/Rks pada etape ke 7
– Juara II Yonif 713/ST pada etape 4
– Juara III Yonif 711/Rks pada etape 2,
Juara pada peleton pendamping:
– Peleton Ki Kavser
– Peleton SMA Taruna Gorontalo (non militer)
(***/srisurya)