SIAU — Upaya menangkap para gembong teroris Indonesia yang masih berkeliaran tak bisa lepas keberadaannya dari perairan yang ada di daerah kepulauan yang berbatasan dengan negara tetangga Filipina.
Ya, perairan yang ada di Sangihe, Sitaro hingga Talaud merupakan jalur transit dan arus bolak-balik dari para teroris yang diduga kuat melakukan latihan rutin di daerah Mindanao, Filipina Selatan. Masih ingat Imam Samudra dan Amrozi pernah singah di Tahuna sebelum melanjutkan perjalanan menuju Mindanao.
Lalu bagaimana aksi berikade pengamanan yang dilakukan pihak kepolisian mengantisipasi masuknya teroris? Kapolres Sitaro, AKBP Ign Soeprapto Seno kepada wartawan mengatakan meski Polres Sitaro masih berstatus Polres persiapan bukan berarti pengamanan yang dilakukan hanya sekedar saja, tapi berbagai upaya serius tetap dikedepankan. “Sebab teroris adalah musuh bersama. Dengan berbagai kekurangan tetap melakukan penjagaan, baik lewat darat maupun laut. Patroli keamanan, apalagi di laut terus diintensifkan,” beber Seno yang belum lama memegang jabatan tersebut.
Bahkan lanjut dia, pihaknya bekerjasama dengan intansi terkait melakukan sweeping KTP di pelabuhan Ulu Siau. “Ini dilakukan mengantisipasi masuknya penduduk liar, yang sedini mungkin harus diketahui identitasnya,” sambung perwira yang sebelumnya memegang jabatan strategis di Polairud Bitung.
Tanggapan masyarakat? Jansen Mohede, warga Tatahadeng meminta semua pihak, tak hanya pihak keamanan harus sama-sama mengantisipasi masuknya gembong teroris di Sitaro. “Ingat daerah kita merupakan jalur transit masuknya teroris, jadi pengamanan bukan hanya dari kepolisian tapi masyarakat juga harus terlibat. Kalau perlu Pos Kamling kembali diaktifkan,” ujarnya yang diamini Abednego Anthoni, warga Bebali.(nadine)