Orang bule juga masak dodol
Amurang–Pengucapan Syukur (PS) adalah tradisi dan pesta warga Minahasa. Seperti setelah selesai panen, entah padi ataupun cengkeh. Kedua hasil pertanian inilah yang menjadi tolak ukur suatu daerah untuk menggelar Pengucapan Syukur.
Menariknya, tak tanggung-tanggung semua desa di tanah Minahasa menggelar pesta Pengucapan Syukur tersebut. Namun demikian, untuk merayakannya, dipastikan banyak pengeluaran uang dalam rangka pesta orang Minahasa ini.
‘’Sebagai contoh, hampir semua desa di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Minggu (8/7) akan merayakan pesta Pengucapan Syukur (PS) tersebut. Dan hal ini sudah berlangsung lama. Bahkan, pesta ini disetujui Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) serta gereja-gereja lainnya di tanah Minahasa,’’ ujar Pdt Margo Mondoringin-Jacob, STh.
Terkait dengan Pengucapan Syukur (PS) diatas, khusus warga Minsel, menjadi kebiasaan diminggu kedua bulan Juli. Bahkan, tak sedikit warga dari daerah lain akan berkunjung di Amurang dan Minsel pada umumnya. Begitupula dengan kecamatan lainnya di Minahasa bagian Tengah pun ikut merayakannya.
‘’Hanya saja, karena ini sudah membudaya. Maka, harus diakui kalau pesta ini harus ditopang dengan kebudayaan dan menjadi kalender pariwisata. Memang diakui, bahwa PS ini tak lain hanya berfoya-foya. Namun pula, ini sudah membudaya warga Minahasa secara umum. Jadi, tak pelak kalau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Minsel jangan tutup mata dengan hal diatas,’’ katanya.
Menjadi kebiasaan lain, menjelang PS para ibu-ibu (IRT) yang ada ternyata doyan menghabiskan uang di pasar. Apa pasal, seperti membeli apa saja yang mereka inginkan. Padahal, selain menyediakan penganan khas PS yaitu kue dodol dan nasi jahe. Itu sudah cukup, selain makanan ringan yang akan disajikan keluarga untuk menyambut keluarga dan sanak saudara serta rekan dan teman untuk mencicipinya.
‘’Dengan demikian, apakah sejalan dengan budaya orang Minahasa ini. Instansi terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Minsel akan mendukung pelaksanaan Pengucapan Syukur (PS) di Minsel. Sebab, sejak tahun 2010 tak ada tanda-tanda instansi yang dipimpin Drs Ventje Igir, BSc akan melakukan acara puncak. Padahal, selain sibuk dengan menerima warga, pasti warga akan mendukungnya,’’ tanya Drs Yus Rembang, budayawan asal Amurang ini. (and)