Amurang—Jalan Trans Sulawesi, Minggu (8/7) benar-benar terlihat berbeda dari hari-hari biasanya. Pasalnya, dari arah Tareran, Tanawangko, Tumpaan dan Amurang serta Tenga, Sinonsayang, Motoling dan Tompasobaru terlihat padat merayap. Bahkan, jalan trans Sulawesi sudah macet sejak pukul 10.00 Wita.
Dari pantauan beritamanado.com, masih sekira pukul 10.00 Wita, jalan Trans Sulawesi sudah macet dengan kendaraan roda dua dan empat. Bahkan, gereja-gereja yang ada di jalan trans ikut terganggu. Pasalnya, disaat jam ibadah terlihat lalu lalang kendaraan. Banyak yang memutar musik dengan tak karuan. Ada pula hanya dengan memencet klakson yang ada. Akibatnya, jalannya ibadah ikut terganggu.
‘’Kalau jalan macet, ini sudah biasa. Namanya pengucapan syukur Amurang. Padahal, tamu-tamu yang datang dari Manado, Bitung, Tomohon, Tondano hanya untuk makan. Terlebih lagi untuk mendapatkan penganan khas Amurang yaitu dodol serta nasi jahe. Selain itu, bertemu dengan sanak-saudara yang ada,’’ ujar Decky Badar, warga Manado.
Tetapi, kata Badar ini sudah membudaya. Sebelumnya, pengucapan syukur terkenal di Amurang. Namun, sekarang kabupaten Minsel pun merayakannya. Ini juga lantaran, mantan Bupati Minsel Drs Ramoy Markus Luntungan yang membuat seragam saat pengucapan syukur. Akibatnya, sejak tahun 2004 pengucapan disatukan se-Minsel.
‘’Imbasnya, sejak saat itupula pengucapan syukur Minsel dilaksnakan. Namun, ada pula beberapa desa di Kecamatan Tatapaan yang menggelar sendiri. Seperti, peresmian gereja dan HUT desa maka mereka tak mau bersama-sama merayakannya,’’ katanya. (and)