Bitung—Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Bitung menyebut para pengguna lem eha-bond adalah kalangan kurang mampu atau orang susah. Mengingat harga lem eha-bond hanya Rp6000 hingga Rp8000 per kaleng dan sangat mudah dijangkau bagi anak-anak kalangan menengah kebawah.
“Satu kaleng saja bisa dipakai lima sampai sepuluh anak, jadi jika tiap anak mengumpulkan Rp1000 atau Rp2000 maka jelas untuk membeli lem eha-bond setiap hari sangat terjangkau,” katan Kepala BNN Kota Bitung, dr Tommy Sumampouw.
Seandainya, menurut Sumampouw, harga Narkoba ada yang seharga lem eha-bond maka pasti anak-anak yang selama ini mengkonsumsi lem tersebut akan beralih sebagai pengguna. “Anak-anak pada umumnya hanya mencoba-coba, tapi mengingat mereka tidak mampu untuk membeli Narkoba maka mereka menggunakan lem eha-bond,” katanya.
Ia sendiri mengaku prihatin dengan jumlah pengguna lem eha-bond yang didominasi siswa-siswi sekolah di Kota Bitung kian terus bertambah. Mengingat jika dibandingkan dengan daerah lain, Kota Bitung dan Manado paling tinggi.
“Nah yang dikuatirkan jika ada bandar Narkoba yang memanfaatkan moment ini maka pasti ada ratusan bahkan ribuan generasi muda Kota Bitung bakal jadi pencandu Narkoba, karena lem eha-bond adalah langkah awal untuk menggunakan Narkoba,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sumampouw berharap peran serta semua pihak dalam menyelamatkan generasi muda Kota Bitung dari lem eha-bond. Mulai dari orang tua, guru, pemerintah dan aparat penegak hokum dalam melakukan pengawasan terhadap anak-anak jangan sampai ikut-ikutan meghirup lem eha-bond.(enk)