Manado – Pemadaman listrik yang semakin menjadi-jadi menimbulkan amarah masyarakat. Hal ini dikarenakan kerugian materil dan imateril yang ditanggung masyarakat semakin tinggi.
Pengamat ekonomi Sulawesi Utara, Dr Gerdi Worang menilai akibat pemadaman-pemadaman listrik kerugian besar dialami masyarakat menengah kebawah.
“Pakai logika saja pemadaman seperti ini berapa kerugian yang dialami masyarakat? UMKM misalnya, restoran-restoran kecil jelas sangat dirugikan. Siapa yang mau makan di tempat gelap. Akhirnya yang diuntungkan adalah mereka yang mampu membeli genset. Tapi biaya operasional pasti meningkat.
Kami yang di bidang pendidikan misalnya, kegiatan belajar mengajar tidak bisa jalan karena sekarang sudah menggunakan sistem media. Belum lagi bidang kesehatan. Rumah sakit jelas terganggu. Apalagi kalau ada operasi. Ditambah dengan kerugian materi karena rusaknya alat-alat elektronik,” ujar Worang kepada BeritaManado.com, Selasa (6/10/2015).
Pemadaman listrik yang terjadi setiap hari dan memakan waktu berjam-jam ini, katanya sudah berlangsung sejak tahun 2004/2005 dan tidak ada penyelesaiannya hingga saat ini. PLN pun dituntut untuk bertindak cepat dan tepat.
“Pemadaman listrik yang semakin menjadi-jadi ini bukan hanya mengganggu hal-hal kecil tapi sudah menyentuh hal-hal mendasar dalam masyarakat, yaitu pendidikan, kesehatan dan lainnya. PLN harusnya menerima listrik dikelola juga oleh swasta. Mereka tidak boleh memaksakan diri kalau tidak mampu. PLN tidak boleh lupa bahwa dulu mereka milik Belanda lalu kemudian dinasionalisasikan. Jadi jangan memperumit usaha pihak swasta untuk mengelola listrik. Monopoli pemerintah harus dihentikan!” Jelas dosen Fakultas Ekonomi Unsrat ini. (srisuryapertama)