Amurang – Makin maraknya penebangan kelapa sebagai bahan baku mebel dan bahan bangunan, sampai dieksport ke luar negeri. Belum mendapatan penanganan serius Dinas Perkebunan (Disbun) Minahasa Selatan.
“Bila tidak segera ditangani serius, identitas Minsel sebagai penghasil kelapa terbesar, bakal menjadi tinggal cerita. Begitupun dengan produk-produk hasil turunan kelapa, turut lenyap dan mengancam tenaga kerja menjadi pengangguran lantaran pabrik tidak lagi dapat berproduksi,” tukas Julian Porawow petani kelapa Minsel, kepada beritamanado.com
Lanjut dia, meski belum ada data pasti, kondisi ini dapat terjadi diakibatkan maraknya penebangan pohon kelapa, alih fungsi lahan kebun menjadi pemukiman dan perkantoran. Apalagi dengan tidak stabilnya harga kopra. Tidak sebanding dengan tingginya ongkos kerja.
“Saya juga melihat sangat jarang sehabis dipotong disusul dengan peremajaan kelapa,” bebeber Porawow, Jumat (13/6/2014).
Kepala Dinas Perkebunan Minsel, Imanuel Tapang mengatakan, aksi penebangan kelapa, bukan
ancaman terhadap komoditi ini.
“Kita (Disbun, red) bahkan menyarankan petani untuk memotong pohon kelapa asalkan itu kelapa yang sudah tidak
produktif lagi. Tetapi tentu bukan hanya tebang, namun harus dilakukan peremajaan,” timpal Tapang. (sanlylendongan)