Tomohon, BeritaManado.com — Pemuda saat ini merupakan generasi hibrid atau generasi yang terpapar dan menginternalisasi banyak kebudayaan.
Menurut Keke Minahasa asal Tondano, Wulandari Zefanya Rumengan, dirinya saat ini dikelilingi oleh anak muda yang sementara mengkolaborasikan ragam kultur seperti menyiasati kebaikan teknologi digital dengan kebudayaan lokal.
“Saya rasa, mereka peduli. Tingkat kepedulian dapat dipengaruhi oleh konstruksi masyarakat tentang kepedulian. Mungkin, di mata masyarakat pada umumnya, “peduli” dapat diwujudkan dengan menggunakan pakaian adat atau ikut berpartisipasi dalam lomba tarian katrili,” ujar kelahiran 20 Juni 1997 ini.
Lanjut Mahasiswi S2, Sosiologi Agama, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) ini, bahwa perlu mencurigai bagaimana masyarakat mendefinisikan kepedulian.
“Apakah yang didefinisikan sebagai kepedulian? termasuk upaya pemaknaan. Pemaknaan jauh lebih dalam dari kepedulian. Pemaknaan tidak sekadar kepedulian, namun terdapat juga penggalian pengetahuan, refleksi dan internalisasi dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Wulan sapaan akrabnya.
Baginya, kebudayaan adalah bagaimana manusia mengkristalisasi kehidupan sehari-hari dalam bentuk falsafah, karya seni dan sastra bahkan tata cara hidup.
“Ada kebudayaan yang berusaha kita konservasi. Bagi saya, upaya ini adalah proses mengingat dan mengunci ingatan masa lalu,” ujar seniman muda penghasil karya lukis abstrak ini.
Namun menurutnya juga, kebudayaan pada dasarnya bersifat cair dan fleksibel.
“Ia dapat dipahat kelompok manusia tertentu, karena sejatinya kebudayaan adalah refleksi atas kehidupan sehari-hari,” tandas Wakil Direktur Seni, Literasi Milenial ini.
(Dedy Dagomes)