Langowan – Maraknya bakal calon legislatif yang berstatus sebagai pelayan khusus pada suatu denominasi gereja sudah tidak asing lagi. Tanggapan warga awam pun berdatangan, tak terkecuali dari kalangan tukang ojek dan pedagang pasar. Menurut mereka sebaiknya jika ada seorang pelayan khusus yang berencana maju sebagai calon anggota legislatif, harus meninggalkan tugas pelayanannya.
Menurut Adrian, warga Langowan yang sehari – hari berprofesi sebagai tukang ojek berpendapat bahwa seorang calon anggota legislatif janga sampai memanfaatkan pelayanan untuk kepentingan pribadinya, apalagi yang berhubungan dengan dunia politik. Begitu juga dengan Rita. Perempuan yang kesehariannya berjualan sembako di pasar justeru mengatakan hal lebih ekstrim. Jika ada Pelsus pegang tugas rangkap, itu sama dengan manusia rakus jabatan.
Menanggapi hal tersebut Pdt. Royke Palandi memberikan pendapatnya. Menurut hamba Tuhan yang melayani di gereja GMIM Immanuel Desa Tounelet Kecamatan Langowan Barat ini dirinya setuju bahwa warga GMIM yang ingin berkiprah di dunia politik harus memilih salah satu. Baginya sangat tidak mungki seorang bisa menjalankan tugas pelayanan dengan tulus dan jujur jika rangkap jabatan, apalagi ada aroma politiknya.
“Pada dasarnya GMIM sama sekali tidak pernah melarang anggota jemaatnya untuk berkiprah di dunia politik. Justeru jika demikian GMIM bisa memiliki kader cendekiawan di lembaga legislatif sebagai penyambung aspires kepada pemerintah. Yang tidak boleh dilakukan adalah mencampuradukkan politik dengan pelayannya di gereja. Jadi jelas harus memilih salah satu. Itu artinya harus ada satu tugas yang dikorbankan, apakah itu politik atau pelayanan,” katanya.(ang)