Manado – “Brigade Manguni lahir 11 tahun lalu pada masa kritis pasca kerusuhan Ambon, Ternate, Poso dan Sampit. Spirit pembentukan Brigade Manguni kala itu untuk menjaga daerah agar kerusuhan tidak masuk Sulawesi Utara sehingga Brigade Manguni menyiapkan orang-orang berani”.
Demikian dikatakan Tonaas BMI Sulut Pdt Hanny Pantouw menjawab pertanyaan salah-satu peserta mahasiswa pada Konsolidasi Brigade Manguni Akademisi DPD Sulut di Mega Trade Center, Megamas, Selasa (5/11) sore.
“Itu dulu, sekarang Brigade Manguni sudah diterima kalangan intelektual termasuk mahasiswa dan pelajar. Bagi Brigade Manguni, mahasiswa adalah pemegang tombak bangsa. Jadi, Brigade Manguni juga adalah wadah yang tepat bagi kaum intelektual,” ujar Tonaas Pantouw.
Bergabungnya kaum intelektual di BMI menurut Tonaas Pantouw telah menghapus stigma premanisme, opo-opo dan berbagai stigma negatif lainnya di Brigade Manguni.
“Kalaupun ada, itu adalah tindakan pribadi bukan keseluruhan anggota BMI. Yang namanya tindakan negatif personal itu bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk aparat. Misalnya ada polisi mabuk, bukan berarti semua polisi itu pemabuk, begitupula dengan kader BMI,” tegas Tonaas Pantouw.
Tambah Tonaas Pantouw, BMI adalah organisasi adat yang resmi terdaftar di Badan Kesbang. “BMI adalah ormas resmi, BMI terbuka bagi semua suku dan agama manapun karena BMI ingin memberikan kontribusi berarti bagi pembangunan bangsa,” tutur Tonaas Pantouw disambut aplaus peserta.
Kegiatan ini dihadiri ratusan kader Brigade Manguni Akademisi dari berbagai Universitas. Hadir Tonaas Wangko Decky Maengkom, Sekjen Tonaas Marcel Maramis, Tonaas Manado Moning Mamengko, Departemen OKK Tonaas Victor Golung serta beberapa Tonaas Brigade Manguni lainnya. (Jerry)