Airmadidi-Setelah lama dinanti, beras sejahtera (Rastra) tahun 2017 akhirnya disalurkan bagi masyarakat ekonomi lemah di Minahasa Utara (Minut).
Sayangnya, kualitas beras Rastra menuai kekecewaan warga karena kualitasnya yang rendah.
Penelusuran BeritaManado.com, berdasarkan pengakuan sejumlah warga, mereka menerima beras yang berbau busuk, warnanya kuning bahkan cokelat, berkutu bahkan ada ulat, seolah dipaksa mengkonsumsi beras tak layak dikonsumsi.
“Kalau minta beras ditukar, lalu ditukar apa? Sama saja kan, berasnya hampir tidak bisa dikonsumsi,” keluh sejumlah penerima rastra di Desa Watutumou Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara (Minut).
Kondisi beras tersebut dibenarkan Kumtua Watutumou Boy Kodoati, ketika dikonfirmasi Selasa (6/6/2017).
“Saya juga terima keluhan itu. Secara pribadi saya jelas kecewa, tapi yang lebih kecewa adalah masyarakat yang menerima. Saya berharap kedepan ada perbaikan kualitas beras rastra sehingga layak dikonsumsi masyarakat,” kata Kodoati.
Selain masalah kualitas beras, keluhan lainnya adalah jumlah penerima rastra yang tidak update sesuai data pemerintah desa.
Dijelaskan Kodoati, dari total penduduk Desa Watutumou 3346 jiwa atau 770 Kepala Keluarga (KK), penerima rastra ada sebanyak 173 KK.
“Sudah memasukan data terbaru tapi tidak pernah di update. Yang keluar justru data lama sehingga masih ada nama warga yang sudah meninggal, keluar lagi,” tambah Kodoati.
Sementara itu, penyaluran rastra tahap pertama sudah hampir 100%, dengan pembagian 15 Kilogram (Kg) per KK dan harga Rp1.600 per Kg.
“Sebelum pembagian, pemerntah desa melakukan musyawarah dengan Badan Pemberdayaan Desa (BPD). Kami lebih dulu mendengar laporan dari kepala jaga, kalau ada yang dapat bantuan tapi malas kerja bakti, ini juga jadi pertimbangan kami,” tegas Kodoati.
Perihal beras kualitas rendah, juga dikeluhkan masyarakat Desa Watutumou II dan Watutumou III Kecamatan Kalawat.
Bahkan, Hukum Tua Desa Watutumou II Defli Bawanda mengatakan, ada beberapa warga tidak lagi mengambil beras raskin.
“Kan yang kami dapat ini jatah untuk tiga bulan, tapi warga cuma ambil yang satu bulan saja. Mereka pilih mana yang masih bagus berasnya, yang lain menumpuk di kantor desa,” ujar Bawanda.
Sebelumnya, pihak Bulog sempat membuat warga Desa Kema III Kecamatan Kema kecewa ketika melakukan operasi pasar murah keliling.
Pasalnya, beras kualitas premium yang dijual seharga Rp96 ribu per 10 Kg, didapati banyak kutu.(findamuhtar)