Belang – Setiap pekerjaan atau profesi manusia pasti mempunyai sisi tertentu yang bisa dihubungkan dengan kematian jika suatu saat kelak seseorang mengalaminya. Begitu juga dengan pekerjaan sebagai penebar jala ikan alias nelayan. Bagi nelayan yang ada di Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara, hidup dan mati mereka ada di laut.
Melaut sejak hari masih gelap hingga diterjang badai dan ombak saat menebar jala di tengah lautan bukan lagi hal yang biasa bagi mereka. Tak terkecuali bagi seorang nelayan bertubuh kekar asal Desa Buku Tenggara Kulutu Lauba (40). Baginya, hanya maut yang bisa menghentikannya dari pekerjaan mencari ikan di laut.
Meski demikian bukan berarti kematian itu harus dicari – cari. Sebagai manusia yang memeliki keterbatasan akademik, Kulutu yang tidak sempat mengecap pendidikan hingga selesai, tetap bijaksana menyikapi kondisi alam. Jika memang lagi tidak memungkinkan melaut, maka ia dan rekan – rekan nelayan lainnya tentu tidak akan melaut.
“Jika kami mati karena diterjang ombak di tengah laut, itu sudah risiko dari pekerjaan kami sebagai nelayan. Namun apa yang disarankan oleh pemerintah untuk tidak melaut pada saat cuaca sedang tidak bersahabat, itu tetap kami indahkan. Maut atau kematian sudah merupakan konsekuensi dari sebuah pekerjaan, tetapi bukan untuk dicari,” katanya.(ang)