Manado – Kepala Balai Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Manado, Jefry Sigar mengatakan, Jepang menjadi pasar kerja potensial untuk pelaut-pelaut Sulawesi Utara (Sulut). “Mereka biasanya ditempatkan di kapal-kapal pesiar mewah dan sebagiannya lagi bekerja di kapal-kapal pencari ikan,” kata Sigar, Jumat (21/9).
Dia mengatakan, rata-rata yang bekerja sebagai pelaut menggunakan sistem kontrak enam bulanan, bahkan hingga tahunan dengan gaji yang lumayan tinggi, sehingga mereka betah bekerja di kapal walaupun dengan waktu yang cukup lama. “Bagi mereka, bekerja sebagai pelaut adalah investasi untuk masa depan. Setelah masa kontrak habis, biasanya mereka pulang, dan kembali melakukan kontrak baru, setelah itu bekerja lagi seperti biasa,” ungkapnya.
Sebagaimana data, selang Januari hingga Agustus 2012, dari 51 pelaut yang bekerja ke luar negeri, Jepang menyerap 34 pelaut, disusul Singapura sebanyak 10 pelaut, malaysia dua pelaut, selebihnya Belanda, Amerika Serikat, Afrika, Australia dan Hongkong masing-masing menyerap satu pelaut.
Dia mengatakan, pekerja bidang formal ini rata-rata tenaga kerja mandiri dan tidak melalui Perusahan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), karena telah memiliki hubungan emosional dengan perusahan yang mempekerjakannya. “Tapi ketika mereka berangkat lagi untuk bekerja, menjadi kewajiban mereka melakukan komunikasi dengan BP3TKI,” kata dia.
Dia menambahkan, 51 pelaut yang bekerja di luar negeri rata-rata memiliki latar belakang pendidikan sekolah menengah atas sebanyak 32 orang, sekolah menengah pertama delapan orang, diploma tiga dan sekolah dasar masing-masing tiga orang. Selanjutnya, berlatar belakang pendidikan sekolah umum pelayaran sebanyak dua orang, serta sekolah pelayaran menengah, sarjana serta sekolah menengah kejuruan masing-masing satu orang.(dor)