Manado, BeritaManado.com — Kondisi Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) memprihatinkan.
Banyak item bangunan yang kini sudah rusak dan tidak diperbaiki.
Mirisnya, kerusakan tersebut mengancam barang-barang bersejarah dalam museum.
Bahkan, beberapa benda kini tak terurus lagi.
Pantauan BeritaManado.com, Senin (17/2/2025), banyak bagian plafon museum yang sudah terkelupas.
Penyebabnya karena rembesan air hujan yang berlangsung terus-menerus.
Di bagian museum juga terdapat ruang gelap.
Informasinya, aliran listrik di sejumlah titik tidak lagi berfungsi.
Beberapa sudut museum kotor.
Lemari penyimpanan benda bersejarah terlihat berdebu.
Ternyata, kondisi ini hanya bagian kecil dari buruknya pemeliharaan museum.
Alfred Pontolondo, yang sebelumnya menjabat Pengelola Museum banyak memperlihatkan potret kekinian musem.
Tak hanya bagian dalam, luar gedung juga rusak.
Di bagian penyimpanan benda bersejarah, pemeliharaan tak lagi rutin dilakukan.
“Di tempat penyimpanan ini banyak barang penting yang harusnya rutin dirawat. Tapi sudah lama tidak diurus. Anggaran tidak ada,” kata Alfred.
Sebenarnya, lanjut Alfred, ada Dana Alokasi Khusus (DAK) yang dikucurkan pusat untuk pemeliharaan museum.
Namun Alfred juga heran implementasi dari anggaran itu nyaris tak terlihat.
“Padahal nilainya miliaran rupiah,” bebernya.
Alfred bahkan menunjukkan pembangunan toilet museum yang diduga hanya akal-akalan saja.
Sebab, kata dia, toilet hampir tidak pernah difungsikan.
Wastafel toilet juga tidak terpasang.
“Bahkan septic tanknya palsu. Hanya dicor dari luar tapi tidak ada lubangnya,” bebernya.
Alfred khawatir ada barang dalam museum kondisinya terancam.
Seperti jenis Ikan Coelacanth, yang pernah di tangkap di Pantai Manado.
Alfred bilang, ikan ini merupakan hewan purba yang mestinya rutin diberikan cairan pengawet.
Sayang, itu sudah tidak dilakukan lagi.
Kondisi ikan pun sudah berjamur.
Ia juga menunjukkan koleksi buku-buku penting yang merekam sejarah budaya Sulut.
Namun, buku-buku itu hanya disimpan dalam karung.
Sebagian sudah kusam, robek dan rusak.
“Ada yang sudah kita musnahkan karena sudah rusak parah,” bebernya.
Kepala Dinas Kebudayaan Sulut, Jani Lukas, yang dikonfirmasi BeritaManado, tidak menampik dengan kondisi museum tersebut.
Meski begitu, kata Jani, pihaknya tidak bisa berbuat banyak.
“Sudah bertahun-tahun tidak ada anggaran,” kata Jani.
Menurut dia, sejak Covid-19 anggaran pemeliharaan dihentikan.
Itu, lanjut dia, terjadi hampir di semua dinas.
“Jangankan pemeliharaan, mau bikin pagar, beli lemari itu sama sekali tidak ada. Saya pikir teman-teman media juga tahu hal itu,” jelas Jani.
Sebagai informasi, keprihatinan perihal kondisi Museum Negeri Provinsi Sulut sebelumnya disuarakan oleh Alfred Pontolondo, lewat surat terbuka kepada rekan-rekan seniman di Sulut.
Tetapi, usai surat itu beredar, Alfred kabarnya dinonaktifkan sebagai pengelola museum dan sekarang ditugaskan sebagai staf di bidang kebudayaan.
(Alfrits Semen)