BITUNG—Direkomendasikannya Kota Bitung sebagai kawasan percontohan minapolitan oleh Kementerian Kelautan Perikanan bersama 9 kawasan minapolitan, 10 kawasan model dari 192 kawasan minapolitan di Indonesia diharapkan tetap memperhatikan keberadan kaum perempuan. Hal ini terungkap dalam workshop Insiasi kawasan minapolitan perspektif gender di Kota Bitung yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA) di Wisma Pelaut, Rabu (21/9).
“Khususnya minapolitan terdapat daerah-daerah kemiskinan di wilayah pesisir, kebanyakan laki-laki adalah pelaut ataupun nelayan tapi untuk hasil penangkapan di laut bisa di kelola oleh kaum perempuan,” kata Fasilitator Kasubid Advokasi Deputi Pengarus Utama Gender bidang Ekonomi Kementerian, Siti Mardiyah SPt MSi.
Menurut Mardiyah, melalui workshop ini, SKPD terkait digiring untuk mendorong anggaran kegiatan pemberdayaan perempuan pada minapolitan. Karena menurutnya, kawasan minapolitan harus dijadikan akses bagi perempuan untuk mampu menikmati hasil perikanan dengan pengolahan yang berguna untuk mendapat income bagi kesejahteraan keluarga.
“Jadi kaum perempuan jangan dilupakan dalam menunjang minapolitan tapi harus dirangkul agar program ini bias benar-benar dirasakan masyarakat, terutama para nelayan kecil,” katanya.
Tak hanya itu malah menurut fasilitator Plh Assisten Deputi Gender dalam Pertanian, Kelautan, Perikanan dan Kehutanan, Drs Dermawan MSi, selain pemberdayaan perempuan, para anak-anak yang berada di kawasan minapolitan wajib mendapat hak yang sama. Bisa tumbuh kembang, perlindungan yang baik terhadap anak.
“Biasanya anak-anak di wilayah pesisir kurang terjamin pendidikan, kesehatan serta sempitnya kawasan bermain. Dan Program ini dipersiapkan dalam rangka memasuki Indonesia sebagai penghasil ikan terbesar dunia tahun 2015 mendatang,” kata Dermawan.
Lanjutnya, terimigrasi atau berkaitan erat dengan kawasan minapolitan yakni kawasan ekonomi pariwisata yang di dalamnya memanfaatkan home industri atau industri rumah tangga, kerajinan, mengolah ikan dan rumput laut yang bisa dilakukan oleh kaum perempuan.
“Kami berharap Dinas Pariwisata Kota Bitung memiliki inovasi kreatifitas menjadikan kawasan ini sebagai iconnya Kota Bitung, dimana salah satunya menyediakan kios-kios perdagangan hasil kerajinan kaum perempuan untuk memicu datangnya wisatawan baik lokal maupun internasional,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Kota Bitung, dr Ellen Wuisan menerangkan bahwa lokakarya yang di laksanakan selama 3 hari, yakni tanggal 20 sampai 22 September 2011. Dimana workshop ini menurut Wuisan diikuti 25 SKPD Kota Bitung.(en)