Ketua Masyarakat Sejarawan Sulut Drs Fendy, membawa materi dalam seminar.
Airmadidi-Ketokohan seorang Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu atau Arnold Mononutu di kalangan masyarakat Minahasa maupun Indonesia telah meninggalkan serpihan-serpihan sejarah istimewa yang patut diangkat dan diwarisi.
Semangat perjuangan dan kesetiaannya pada garis perjuangan kebangsaan adalah bentuk nyata kepahlawanannya. Sosok Arnold Mononutu patut untuk diangkat dan dihidupi. Olehnya Pemkab Minut dan DPP Korps Pembangunan Merah Putih 14 Februari 1946, mengadakan Seminar Nasional mengusung pejuang Alm. Prof Arnold Mononutu menjadi pahlawan nasional, Jumat (24/4/2015) di aula Pemkab Minut.
“Arnold Mononutu muda pada saat itu adalah seorang mahasiswa yang kuliah di Belanda. Disana, ia mengenal organisasi pelajar Indonesia yang bernama Indonesische Vereeniging yang kemudian berubah nama dan dikenal sebagai Perhimpunan Indonesia. Dari catatan pengalaman keikutsertaan Mononutu dalam kiprahnya entah sebagai anggota Perhimpunan Indonesia hingga sebagai seorang nasionalis Indonesia, ada beberapa serpihan pengalamannya yang memiliki nilai kepahlawanan yang bisa dilihat dari sikap dan perilaku perjuangan yang mempunyai mutu dan jasa pengabdian serta pengorbanan terhadap bangsa. Ini yang coba kembali diangkat agar dapat dikenang dan diteladani oleh segenap anggota masyarakat secara luas,” ujar Ketua Masyarakat Sejarawan Sulut Drs Fendy Parengkuan.
Pemateri dalam semunar ini, diantaranya HB Palar Budayawan Minahasa, DR Ivan Kaunang Anggota Panitia Penilaian Pemberian Gelar Pahlawan Daerah Sulut, Pdt Dr R Siwu PhD Rektor Ukit Tomohon. Turut hadir pula Kadis Sosial Sulut Drs Star Wowor MSi, dan puluhan budayawan serta sejarawan Minahasa.
Sekilas diingatkan kembali, Arnold Mononutu adalah Menteri Penerangan pada era Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS). Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Parlemen Negara Indonesia Timur. Pada tahun 1949 sesudah berlangsungnya Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, yang menghasilkan kesepakatan pembentukan Negara RIS, dalam suatu tim kerja dengan kolega terdekatnya sesama Diplomat, Mr Soedibjo Wirjowerdojo (yang kemudian mendampinginya selaku charge d’affaires/Wakil Duta Besar di RRC tahun 1953 – 1955), ia yang pertama kali mengumumkan nama Batavia menjadi Jakarta. Sedangkan Mr. Soedibjo Wirjowerdojo mengumumkannya di Belanda.
Ia salah satu seorang dari tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI). Persahabatannya dengan Hatta dan tokoh-tokoh Perhimpunan Indonesia lainnya terjalin saat mereka belajar di Eropa. Selain itu ia pernah pula menjadi anggota Majelis Konstituante (1956-1959) mewakili PNI.(Finda Muhtar/wkpd)