Manado – Waktu menunjukkan pukul 23.55 WIB, suasana Rumah-Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto tampak sangat tenang dan hening.
Di salah-satu kamar rawat inap tampak seorang ibu dan dua puteranya sedang berdoa sangat khusuk di sisi tubuh yang terbaring lemah, seorang yang dikenal sebagai FJ “Broer” Tumbelaka, Gubernur pertama Sulawesi Utara (Sulut).
Tidak lama kemudian tim dokter RSPAD Gatot Soebroto didampingi seorang Jenderal berbintang 2 dan seorang Jenderal berbintang 1 serta Lendy Tumbelaka (tokoh Permesta) masuk ruangan tersebut.
Setelah memeriksa, tim dokter menyampaikan kepada Mayjen Goenarso SF, Asospol Kasospol ABRI, “pak Tumbelaka telah wafat”.
Broer Tumbelaka yang dikenal sebagai tokoh utama pendamai antara pemerintah RI dengan Permesta yang berkekuatan sekitar 28.000 personil dan tokoh utama yang membuat Darul Islam (DI) di Sulawesi Tengah menyerah dengan ratusan senjata, telah berpulang ke rumah Bapa di Sorga pada tanggal 20 Agustus 1983.
Sosok bersahaja, putera dari Dokter JF Tumbelaka (mantan Kepala Kesehatan Jawa Timur zaman Belanda) dilepas sang isteri, ibu NZ Tumbelaka Ticoalu, BA dan kedua puteranya.
Kiprah selama bertugas di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah memancing wartawan senior Sinar Harapan, Max Karundeng, untuk membuat tulisan In Memorium di halaman utama.
Demikian pula kolumnis Goenawan Mohamad menulis khusus di catatan pinggir majalah Tempo dengan judul Broer, sesuai nama panggilan populer di dr Frits Johanes Tumbelaka.
Konon tulisan di majalah Tempo tersebut menjadikan Broer Tumbelaka sebagai orang Sulawesi pertama (bahkan orang Indonesia timur) yang ditulis sebagai di catatan pinggir majalah Tempo dengan memakai nama pribadi. (***/jerrypalohoon)