Oleh: Muyassar Nugroho, S.H., M.H
(Politisi Muda Partai GOLKAR)
“Ibu Kita Kartini…Putri Sejati…Putri Indonesia…Harum Namanya…”_ -Lagu “Ibu Kita Kartini” oleh W.R. Supratman.
Manado, BeritaManado.com – Setiap tanggal 21 April selalu menjadi pengingat kolektif bangsa Indonesia terhadap sosok Raden Ajeng Kartini. Ia bukan hanya simbol emansipasi perempuan, tetapi juga teladan kepemimpinan visioner yang melampaui batas-batas zamannya. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, pemaknaan atas visi dan perjuangan Kartini perlu dielaborasi lebih dalam sebagai fondasi dalam membangun masyarakat yang adil, inklusif, dan berkeadaban.
Berbicara mengenai Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam memajukan sebuah organisasi dan/atau institusi.
Di era persaingan Global, dibutuhkan sosok pemimpin seperti Raden Ajeng Kartini yang mampu membuat perubahan, berpikir jauh ke depan, serta mempunyai kemampuan mempengaruhi banyak pihak dalam mencapai tujuan Bersama.
Kepemimpinan Kartini yang hidup pada masa kolonial Belanda, saat perempuan pribumi diposisikan secara subordinat dalam tatanan sosial.
Dalam ruang gerak yang serba terbatas, Kartini menunjukkan kepemimpinan intelektual melalui karya tulis dan korespondensinya dengan tokoh-tokoh Eropa. Kepemimpinannya tidak diekspresikan dalam bentuk struktural-formal, melainkan melalui pemikiran kritis dan kesadaran reflektif.
Kepemimpinan visioner Kartini tercermin dalam kemampuannya memproyeksikan masa depan yang lebih baik bagi perempuan dan masyarakat secara keseluruhan.
Visi tersebut tercantum jelas dalam surat-suratnya yang dikompilasi dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang.” Kartini percaya bahwa pendidikan adalah kunci perubahan, dan melalui pendidikan, perempuan dapat turut serta dalam proses kemajuan bangsa.
Dalam kerangka ini, kepemimpinan Kartini bersifat transformatif. Ia tidak hanya menuntut hak-hak perempuan, tetapi juga membayangkan tatanan sosial baru yang lebih adil dan manusiawi. Pemikirannya melampaui batas gender dan merambah pada dimensi kebangsaan, kemanusiaan, dan peradaban.
Kepemimpinan visioner Kartini adalah sebuah warisan berharga yang harus terus dimaknai dalam konteks kekinian.
Kartini telah menunjukkan bahwa perjuangan perempuan bukanlah perjuangan yang terpisah dari perjuangan bangsa, melainkan satu kesatuan yang saling melengkapi.
Dalam visi dan aksinya, Kartini mengajarkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan.
Dalam era global yang diwarnai oleh kompleksitas tantangan sosial-politik, pemaknaan atas kepemimpinan Kartini menjadi semakin relevan.
Ia menjadi simbol bahwa kepemimpinan tidak harus selalu maskulin, otoritatif, dan transaksional, tetapi bisa bersifat reflektif, inklusif, dan transformatif. Sebuah pelajaran penting dalam membangun bangsa yang beradab dan berkeadilan gender.
Dengan terus menghidupkan semangat dan nilai-nilai kepemimpinan Kartini, kita tidak hanya menghormati sejarah, tetapi juga memperkuat fondasi masa depan yang lebih setara dan bermartabat bagi seluruh anak bangsa