Bitung, BeritaManado.com – Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bitung, Maurits Mnatiri-Hengky Honandar hadir di syukuran Hari Ulang Tahun (HUT) ke-4 Pemangku Adat Negeri Manembo-nembo, Selasa (27/04/2021).
Syukuran itu digelar di Kediaman Keluarga Mantiri-Tangkudung depan Gereja Pniel Kelurahan Manembo-nembo Kecamatan Matuari.
Menariknya, saat membacakan sambutan pemerintah, Maurits-Hengky bertukar posisi. Maurits tampil membawakan sambutan sebagai pemangku Adat Negeri Manembo-nembo sedangkan Hengky membawakan sambutan atas nama Wali Kota Bitung.
Maurits dalam sambutannya lebih banyak menyampaikan motivasi diselingi dengan nostalgia bagaimana budaya Negeri Adat Manembo-nembo semasa ia kecil hingga tumbuh dewasa.
Termasuk juga nama awal Negeri Adat Manembo-nembo yang dulunya disebut Kampung Tulap yang berarti pendengkean atau sekali melompat sudah berada di sebalah.
“Namun saat pengusulan nama untuk menjadi salah satu desa di Minahasa, sudah ada desa yang menggunakan nama Tulap sehingga disepakati menggunakan nama Manembo-nembo,” kata Maurits.
Kata Manembo-nembo sendiri kata dia, adalah bahasa Tonsea yang berarti dari atas puncak tengok ke bawah.
“Dulunya juga Sungai Girian dikenal dengan nama Sungai Tulap yang menjadi bagian dari Negeri Adat Manembo-nembo tapi seiring perubahan nama sungai ikut juga berubah,” katanya.
Maurits juga memberikan motivasi kepada Angkatan Muda Negeri Adat Manembo-nembo (AMNAM) yang sebagian anggotanya barus dikukuhkan dalam acara syukuran itu.
“AMNAM harus rajin membaca, baca apa saja untuk menambah referensi. Sebagai generasi Negeri Adat Manembo-nembo harus menjadi pionir menciptakan SDM handal di era digital,” katanya.
Sementara itu, dalam sambutannya, Hengky menyampaikan acara syukuran yang digelar pemangku Adat Manembo-nembo, selain sarat nilai-nilai ucapan syukur, juga mengandung makna kuatnya persaudaraan, kekeluargaan, gotong royong, serta persatuan dan kesatuan yang telah tercipta di Negeri Manembo-nembo sejak dahulu.
“Apresiasi kami berikan kepada pengurus pemangku Adat Negeri Manenbo-nembo, karena di tengah badai covid-19 serta dinamika sosial, pemangku adat berhasil mengokohkan eksistensi dan perannya untuk menjaga kesatuan wilayah, masyarakat dan aturan tradisi turun-temurun,” kata Hengky.
Keberadaaan pemangku adat seperti yang ada di Negeri Manembo-nembo kata dia, seyogyanya diarahkan untuk menjaga cara kerja adat atau tradisi, sekaligus membentuk keyakinan masyarakat untuk menjalankan tradisi, serta pemangku adat juga harus semakin peka terhadap berbagai fenomena sosial akibat pesatnya teknologi informasi dan komunikasi.
“Selaku pemerintah, kami mengharapkan agar pemangku adat dapat menjadi pelopor gerakan anti hoax dan ujaran kebencian, serta kampanye santun dalam menggunakan sosial media,” katanya.
Hengky juga menyampaikan terkait kemajuan teknologi yang harus dimanfaatkan secara positif oleh pemangku adat. Pelestarian tradisi juga dapat dilakukan dengan dukungan teknologi.
“Pemkota melalui visi Bitung Kota Digital telah meluncurkan program 1000 titik WiFi yang akan ditempatkan di tiap-tiap RT, sesuai mekanisme yang telah ditentukan. Mari kita manfaatkan dan jaga dengan baik, sehingga program ini dapat memberikan nilai tambah ekonomi dan sosial yang besar bagi kita,” katanya.
Hadir juga dalam syukuran itu sejumlah pejabat Pemkot Bitung, diantaranya Sekretaris Daerah Kota Bitung, Audy Pangemanan dan pengurus pemangku Adat Manembo-nembo yang jumlahnya dibatasi sesuai ketentuan protokol kesehatan pencegahan covid-19.
(abinenobm)