Langowan – Makna pernikahan tak jarang terabaikan oleh sebuah keluarga. Meski tak berakhir dengan perpisahan atau perceraian, namun nilai – nilai luhur yang terkadung di dalamnya banyak yang redup. Sebut saja sikap saling menghargai antara suami dan isteri itu sendri yang terkadang hampir tak terlihat lagi dalam kehidupan setelah beberapa tahun menikah.
Disadari atau tidak, sikap mengabaikan pasangan hidup dalam konteks berkeluarga tak hanya berdampak buruk bagi suami ataupun isteri, namun juga anak – anak dan keturunan yang telah dan akan dilahirkan kelak. Situasi ini harus disadari sebagai suatu momen untuk merefleksikan diri, sejauh mana sebuah keluarga tetap berada dalam nilai – nilai pernikahan itu sendri.
Dalam menjalani kehidupan rumah tangga memang tidak akan luput dari permasalahan. Akan tetapi jika sebuah keluarga tetap memegang teguh nilai – nilai luhur perkawinan itu dalam iman yang diyakininya, maka sebesar apapun masalah yang datang menghampiri tidak akan mampu menggoyahkan bahtera keluarga.
Menurut Pastor Canisius Rumondor MSC, justeru dalam pergumulan dan permasalahan yang menimpa sebuah keluarga, iman serta komitmen suami dan isteri akan diuji. Selain itu situasi seperti itu seakan membawa kembali ingatan mereka pada hari bersejarah sewaktu menerima Sakramen Pernikahan dahulu dengan janji – janji yan diucapkan di hadapan Tuhan dan umat.
“Pernikahan adalah sesuatu yang suci, karena di dalamnya menjadi tanda kehadiran Allah melalui dua pribadi yang menjadi satu daging. Sesuatu yang suci harus terus dipelihara dengan tetap mengandalkan Tuhan yang telah mempersatukan dua insan manusia. Apa yang sudah Tuhan kerjakan pada manusia, adalah rahmat yang harus disyukuri,” ungkap Rumondor.(ang)