Leiden vs Leilem
Peristiwa ini terjadi di tahun tujuh-puluhan. Utu lama tinggal di Leiden, namun tak jua berhasil mendapatkan gadis Leiden. Akhirnya Utu pulang kampung dan tak lama kemudian menyunting Keke, gadis Leilem yang masih lugu. Resepsi pernikahan digelar di Leilem sampai tengah malam. Menjelang dini hari Utu dan Keke menuju peraduan. Karena Keke masih lugu, dia lebih senang untuk ngobrol katimbang action seolah tak peduli pada kenyataan bahwa Utu sudah gelisah. Keinginan Utu sudah sampai di ubun-ubun, namun Keke tak jua mengerti. Akhirnya Utu angkat bicara.
Utu: “Keke, mari jo.. voor apa lei mo lama-lama bacirita.”
Keke: “Utu, apa angko pe maksud dang?”
Utu: “Ngana nentau so mo beking apa kalu malam pertama?”
Keke: “Nentau…. Kiapa beking apa so?”
Utu: “Adoooh kasiang, jadi ngana dang blum tau?”
Keke: “Iyo, Apa itu dang?”
Utu menjelaskan secara tersirat dan tersamar apa yang biasanya dilakukan oleh pengantin baru di malam pertama. Namun Keke tetap saja tidak paham, maklum gadis desa ini masih lugu dan memang belum tahu apa-apa.
Berulang kali Utu menjelaskan namun tetap saja Keke tidak mengerti. Akhirnya Utu mendapat akal.
Utu: “Bagini jo dang Keke, anggap saja ‘milik’ mu itu adalah penjara, sedangkan ‘milik’ ku ini adalah penjahat. Bagimana?”
Keke: “Oooohhh bagitu dang.Kong de pe berikut dang apa?”
Utu: “Menurut angko dang polisi biasa beking apa pa itu penjahat?”
Keke: “Kita tau kalu penjahat kaseh maso di penjara nooo …”
Utu: “Naaaahhhh bagitu kwa, Penjahat harus masuk penjara, Ayooo …”
Penantian menemukan ujungnya. Pukul 5 dini hari “penjahat” akhirnya dijebloskan ke dalam “penjara” oleh Utu dan Keke. Sejarah baru dalam kehidupan Keke pun terukir manis. Rasanya yang luar biasa itulah yang menuntun Keke untuk terus-menerus meminta Utu agar sang “penjahat” dijebloskan kembali ke dalam “penjara”, bahkan lebih dari sepuluh kali. Setiap kali Keke meminta, Utu dengan senang hati “menghukum” sang “penjahat” yang memang layak masuk “penjara.”
Tapi, lama-kelamaan Utu mulai merasa letih, Keke tetap seperti tak peduli. Dia terus-menerus meminta agar “penjara” nya jangan sampai “kosong”…… bahkan hingga 20 kali, Utu masih tetap oke walau dia sudah merasa betul-betul letih. Sampai akhirnya…..
Keke: “Utu, tu ‘penjahat’ so talapas lagi… capat kaseh maso ulang jangang dia lari.”
Utu: (yang benar-benar sudah kecapean) “Keke … satu hal yang ngana musti tahu kasiang … ini ‘penjahat’ khan nyanda divonis hukuman seumur hidup … ”