Tondano – Minahasa, Upaya menghasilkan kader pegiat masyarakat adat yang memiliki pengetahuan dan semangat juang, terus diperagakan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Wilayah Sulawesi Utara.
Setelah menggelar Focus Group Discussion (FGD), Senin (14/11) lalu, kini kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan untuk mempelajari berbagai hal terkait pengkaderan dan studi etnografi.
Sejak pagi, Selasa (15/11) kemarin, sejumlah peserta dari komunitas masyarakat adat se-Sulut yang ‘live in’ di rumah warga Desa Koha, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa, mulai berkumpul di Balai Desa.
Pembelajaran di hari pertama itu, mengupas seputar organisasi AMAN, keanggotaannya serta bagaimana melakukan kaderisasi pegiat masyarakat adat.
“Jadi dalam kegiatan di hari pertama, mereka melakukan kesepakatan soal pembelajaran selama tiga hari ke depan sampai hari Kamis (17/11). Aturan dan tata tertib diatur sendiri oleh seluruh peserta yang ada. Suasananya santai tapi serius,” kata Ketua Badan Pelaksana Harian PW AMAN Sulawesi Utara (Sulut), Lefrando Andre Gosal.
Dalam rangka memperlancar proses pembelajaran, dibuatlah beberapa kelompok untuk saling mengingatkan atau mempertegas aturan sepanjang pendidikan adat ini berlangsung. “Khusus untuk hari ini (Selasa kemarin, red) mereka baru membahas tentang pengenalan AMAN dan masalah keanggoatan atau pengkaderan,” ucap Gosal.
Materi selanjutnya dalam pelatihan tersebut, peserta akan dibekali dengan topik studi etnografi. Studi etnografi merupakan strategi penelitian ilmiah. Banyak kali diperuntukkan pada ilmu sosial. Terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi.
“Etnografi sering diterapkan untuk mengumpulkan data empiris tentang masyarakat dan budaya manusia. Pengumpulan data biasanya dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara, kuesioner, dan masih banyak lagi,” ucap Putra Tondano ini.
Sementara, Direktur Dukungan Komunitas Pengurus Besar AMAN, Annas Radin Syarif menjelaskan, materi-materi yang akan ditempuh selama pembelajaran di antaranya pengenalan tentang organisasi AMAN, keanggotaan/pengkaderan, karakteristik masyarakat adat, profil dan terakhir praktek di lapangan.
“Tujuan dari pembelajaran ini, pertama agar supaya peserta mengenal organisasi dan kaderisasi. Kedua, mengidentifikasi masyarakat adat di Sulut,” ucap Annas. (***/frangkiwullur)