Tondano – Monumen dan makam Pahlawan Nasional asal Minahasa Sam Ratulangi ternyata menyimpan cerita yang tak enak didengar.
Anak Sam Ratulangi, Lani Ratulangi kepada BeritaManado.com mengaku sudah beberapa kali berkunjung tapi tidak bisa masuk area monumen dan makam.
Menurutnya sebagaimana pengalaman yang terjadi bahwa lokasi yang telah menjadi salah satu objek wisata sejarah itu lebih sering tertutup.
Hal itu menurutnya merupakan sesuatu yang sangat disesalkan, karena tidak memberi kesempatan kepada masyarakat luas untuk memberi penghormatan kepada pahlawannya.
Lani sendiri pernah dua kali membawa karangan bunga untuk diletakkan di monumen dan makam tidak bisa masuk.
Sudah menginformasikan kepada penjaga namun alasannya tidak mengetahui kunci pintu gerbang ada dimana. Diketahuinya yang mengatasnamakan penjaga adalah satu keluarga saja sejak tahun 1986.
“Saya tidak paham tentang hal ini. Saya sudah pernah melakukan kunjungan ke Kementerian Sosial dan Dinas Kepahlawanan di Jakarta. Disana saya mendapatkan informasi bahwa penjaga waktu tahun 2009 diberi gaji sebesar Rp 600 ribu. Mendapatkan fasilitas rumah gratis, listrik dan air,” ujarnya.
Atas hal itu Lani sendiri menduga seperti ada deal dengan oknum-oknum tertentu di Pemkab Minahasa untuk dibuka hanya jika ada acara skala besar.
Tak hanya itu, di area monumen dan makam itu juga ada kotak sumbangan dengan nama Sam Ratulangi tertera diatasnya sebagaimana diinformasikan kepada media ini, Senin (3/10/2016).
“Bagaimana bisa kami yang bermarga Ratulangi sendiri tidak bisa leluasa memberikan penghormatan, apalagi orang lain yang pada dasarnya mengagumi sosok Sam Ratulangi. Jika perlu mungkin kami akan buat petisi bahwa situs ini sudah menjadi milik bangsa Indonesia dan bukan hanya keluarga,” tutupnya.
Sementara itu, Pemkab Minahasa lebih khusus Dinas Pariwisata dan Kebudayaan hingga berita ini diturunkan belum berhasil dimintai keterangan terkait hal itu.
Lani sendiri berharap kedepan tidak lagi terjadi hal sebagaimana dialaminya beberapa waktu lalu. (frangkiwullur)