Manado – Sepanjang tahun 2015 lalu, terdapat tiga kasus rabies yang menyebabkan korban meninggal dunia di kota Manado.
Meski tidak selurunya mengalami gigitan anjing di daerah kota Manado, tetapi dampak dari gigitan tersebut nanti dialami di Manado.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan kota Manado Philips Sondakh menjelaskan, beberapa faktor memiliki peranan penting disini, diantaranya minimnya dokter hewan.
“Totalnya ada tiga kasus, tapi salah satu kasus itu kejadian awalnya di daerah Minut. Tapi karena dia tinggal di Pandu, jadi dampak dari infeksi itu nanti terasa di Manado. Salah satu kendala yang saat ini terjadi yakni kurangnya tenaga dokter hewan yang dimiliki dispertanak. Kita seharusnya minimal memiliki 4 dokter hewan, tapi kita hanya punya satu untuk saat ini,” ujar Philips Sondakh, Rabu (13/1/2016).
Lanjutnya, mengantisipasi minimnya jumlah dokter hewan Dispertanak saat ini, maka dilaksanakannya pelatihan bagi kepala lingkungan yang akan difungsikan sebagai rekan kerja Dispertanak dalam hal pemberantasan rabies.
“Selama dua tahun terakhir, kami telah melakukan pelatihan bagi kader-kader di wilayah untuk membantu Dispertanak melakukan vaksinisasi ke tempat-tempat yang memiliki anjing. Kebanyakan yang kita latih itu kepala lingkungan karena mereka yang tahu situasi di wilayah. Saat ini bahkan ada kepala lingkungan yang sudah berhasil dalam artian paham betul pencegahan dan penangan rabies sehingga saat ada pelaksanaan vaksinansi, kepala lingkungan tersebut selalu kami ajak serta dalam tim kami,” tambahnya.
Sondakh pun berharap, masyarakat mau lebih aktif berpartisipasi dalam upaya ini. Dengan upaya yang dilakukan secara terus menerus, diharapakan pada tahun 2016, kota Manado bisa bebas rabies.
“Kesadaran dan bantuan masyarakat juga dibutuhkan, misalnya melaporkan ke Dispertanak apabila di wilayahnya terdapat banyak anjing dan belum divaksin. Sehingga tahun ini kami targetkan, Manado harus bebas rabies,” tutupnya. (srisurya)