Manado – Presiden Indonesia terpilih Joko Widodo (Jokowi) dalam menentukan calon menteri di kabinetnya harus kredibel, bijak, komunikatif, kreatif, realistis, tidak sukuisme, plural, independen dan transparan.
Persyaratannya dia harus memiliki track record yang baik, mengetahui seputar birokrasi, punya pengalaman organisasi, standar S1, memiliki kemampuan manjerial dan kepemimpinan yang baik, pernah memimpin baik itu lembaga pemerintah, swasta dan institusi pendidikan.
Kriteria lainnya, yaitu dikenal, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, pintar bergaul, memiliki terobosan baru, berprestasi, loyal, tidak korupsi, tunduk pada aturan, bukan radikal dan konservatif, memiliki karakter leadership yang kuat, rigth man, rigth place bukan wrong man atau sesuai disiplin ilmu.
Begitu pun punya Emotional Quotient, Spiritual Quotient, Intelectual Quotient bahkan calon menteri tidak yang pernah bermasalah dengan hukum atau pernah di penjara.
Menurut Dr Jerry Massie PhD Direktur Emrus Corner dan Wakil Ketua Almisbat Sulut, kriteria tersebut sangat baik untuk kelancaran kepemimpinan Presiden Jokowi.
Begitu pun Jokowi bersama wakilnya Jusuf Kalla harus melihat calon menteri dari usia dan expert di bidangnya, bahkan kalau perlu tidak Gaptek (Gagap Teknologi). “Untuk usia jangan di dominasi usia 60 keatas harus ada balancing-nya,” ujar Massie.
Semisalkan Massie, usia 45-55 (30 persen), usia 55-65 (40 persen) dan usia 65-75 (30 persen). “Jangan menteri semuanya berasal dari Pulau Jawa harus ada wakil dari Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Papua dan daerah lain jadi akan terlihat menteri Bhineka Tunggal Ika, Kebangsaan dan Menteri Indonesia Hebatnya,” kata Massie. (robintanauma)