Tahuna – Korban pemerkosaan yang dilakukan oleh AE warga Philipina Senin (26/5/2014) lalu, meninggal dunia Selasa (3/6/2014) subuh sekitar pukul 05.30 Wita. Spontan membuat warga Towo Kelurahan Sawang Bendar marah dan melakukan unjuk rasa di kantor Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe, untuk meminta pihak pemerintah untuk mengusir warga Philipina yang berada di Kelurahan Sawang Bendar serta memberikan hukuman seberat–beratnya kepada pelaku pemerkosaan.
“Kami meminta pihak pemerintah daerah untuk mengusir warga Philipina yang ada di Kelurahan Sawang Bendar dan memintah pihak kepolisian untuk secepatnya mengusut tuntas kasus pemerkosaan ini, bahkan memberikan hukuman seberat–beratnya pada pelaku,” ungkap salah satu pendemo yang juga keluarga korban.
Para pendemo ini langsung diterima Assisten 1, Drs Iklis Sombounaung mewakili bupati yang lagi tugas luar daerah di damping Assiten 2, Ir Ben Pilat dan pihak Polres Sangihe Kabag OPS, Kompol Revly. Dan langsung melakukan dialog dengan para pendemo tersebut.
Dalam penyampaiannya Sombounanung mengatakan pihak pemerintah akan berupaya mencari solusi terbaik dalam masalah ini, agar tidak terjadi tindakkan–tindahkanyang anarkis terhada warga Philipina yang ada di Kelurahan Sawang Bendar.
“Kami tetap berupaya untuk mencari jalan keluar untuk masalah ini, dan sejak pagi tadi sudah beberapa warga Philipina yang ada di Kelurahan Sawang Bendar sudah di pindahkan ke wilayah Tabukan untuk mengantisipasi apabila pihak korban bertindak anarkis,” tegasnya.
Menindak lanjuti, permintaan para pendemo tersebut pihak pemerintah daerah langsung melakukan dialog dengan para pemilik kapal yang mempekerjakan warga Philipina tersebut yang di hadiri pihak kantor Imigrasi Tahuna, Polres Sangihe, Dandim 1301 Satal, Dinas Perikanan dan Badan Perbatasan di aula kantor bupati untuk mencari solusi yang terbaik mengenai persoalna tersebut.
”Pihak pemerintah berharap kasus ini bisa diselesaikan dengan baik sebab, bila kita mengusir warga Philipna ini dengan anarkis, maka akan berimbas juga kepada warga Indonesia yang ada di Philipina,” katanya.
Sementara selama ini kata dia, negara Indonesia khusunya Kabupaten Sangihe memiliki hubungan emosional dengan negara tetangga, dimana setiap hari ulang Tahun negara Philipina selalu mengundang pemerintah Kecamatan Marore untuk hadir di perayaan hari kemerdekaan mereka.
“Begitu juga kalau pada tanggal 17 Agustus hari kemerdekaan kita, pemerintah Marore mengundang pemerintah salah satu kabupaten yang dekat dengan Pulau Marore untuk hadir dalam upacara,” tandasnya sebelum dimulainya dialog.(gun)