
Manado – Polemik rencana pemerintah pusat menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mendapat tanggapan beragam dari sejumlah elemen masyarakat di Kota Manado. Salah satunya diungkapkan oleh Lucky Rumopa, pengamat dan pemerhati masalah sosial di daerah ini.
“Sikap partai yang mendukung opsi kedua dengan menunda kenaikan BBM secara psikologis politik tetap akan berpengaruh pada pencitraan kader partai di manapun mereka berada. Oleh karena fenomena kenaikan BBM sangat dilihat dari kebijakan partai politik. Dan bagi masyarakat hal ini sangat jelas platform dan misi partai mengalami distorsi dan kepentingan partai,” terangnya.
Lanjut dikatakannya, masyarakat sudah cerdas menentukan sikap politik mereka terhadap partai politik yang tidak berpihak kepada rakyat. “Imbas dari kebijakan politik, sangat mempengaruhi konstelasi politik daerah, apalagi dalam menentukan kader partai yang akan memimpin sebuah daerah atau kota. Saya kira sulit masyarakat menentukan pilihan terhadap partai yang telah melukai rakyat. Kecuali masyarakat yang telah dibutakan oleh janji-janji temporer,” ujarnya kepada beritamanado.com belum lama ini.
Dikatakannya, dagelan politik yang dimainkan partai koalisi menunjukan intensitas kepentingan penguasa dan hal ini sungguh telah merusak sistem demokrasi. “Dimana partai politik adalah rumah rakyat yang menampung segala aspirasi. Di kala kediaman rakyat tidak terasa sebagai rumahnya, maka frustrasi atau kacau-balau menerpa siapapun,” kata Rumopa.
Ironisnya, kata ketua ini, dis atu sisi kebijakan penundaan BBM naik, tangisan rakyat harus dibayar mahal. “Sebab, itulah konsekwensi memilih pemerintah yang tidak peduli jeritan rakyat. Jadi hemat saya, rakyat menerima sebab sapa suruh pilih. Dan saya me-warning, agar rakyat tidak tertipu lagi, maka kesadaran berpolitik adalah harga mati. Rakyat harus melihat mana yang konsisten dan yang tidak,” pungkasnya. (iker)